Oleh: Abdillah Syafei
Juara adalah orang yang memenangkan sebuah perlombaan. Menjadi juara, tentu diinginkan oleh semua yang hidup, karena hidup sendiri adalah sebuah perlombaan, pertarungan, perjuangan dan persaingan. Entah dalam konteks yang positif, yakni tantangan untuk bertahan hidup dan menjadikan hidup kita memiliki kualitas yang sesuai keinginan, maupun dalam konteks kurang baik yang mengartikan persaingan sebagai sebuah kemampuan bertahan dan saling mengalahkan, yang jelas posisi juara atau pemenang selalu dikejar oleh manusia dalam kehidupannya.
Sering kita beranggapan bahwa seorang juara atau pemenang itu adalah yang nomor satu, berada di posisi pertama atau yang berhasil mengalahkan orang lain, menjatuhkan, bahkan membinasakan. Sering kita memaknai kemenangan sebagai sebuah hasil dari proses saling mendahului, saling mengalahkan, atau saling menyerang.
Padahal banyak cara agar kemenangan itu diperoleh tanpa harus merugikan orang lain. Atau dalam bahasa yang lebih simpel, bisa saja kita meraih kemenangan tanpa harus ada yang dikalahkan. Kita bisa menang bersama-sama.
Bukankah kemenangan itu sebenarnya adalah ketika kita mampu mengambil manfaat dari apapun yang terjadi atau menimpa kita. Kemenangan tak selalu harus menjadi nomor satu, rangking pertama, atau seorang yang menyingkirkan dan menumbangkan orang lain.
Kemenangan yang diperoleh dengan menjatuhkan orang lain, mungkin pada awalnya terasa sangat memuaskan. Namun kepuasan itu bukanlah kepuasan hakiki yang bakal diterima oleh hati nurani. Kepuasan karena bisa mengalahkan orang lain itu hanyalah kepuasan bagi hawa nafsu. Maka dia tak akan langgeng lagi menentramkan.
Lalu apakah kemenangan yang sejati itu? Mari simak ayat berikut:
Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Al-Ahzab: 71)
Menang Tanpa Mengalahkan Orang Lain
1:56 PM
Unknown