Studi banding anggota DPR ke luar negeri terus menuai protes. Kunjungan
itu bak liburan masa reses yang menghabiskan uang rakyat, sementara
hasilnya tidak jelas.
Komisi X yang membawahi olahraga, dan pariwisata, misalnya kedapatan
berfoto-foto dan membeli tiket pertandingan Real Madrid di ke Stadion
Santiago Bernabeu, Spanyol.
Lalu studi banding Komisi VIII ke Australia. Mereka hendak melakukan
studi banding ke parlemen Australia, padahal parlemen di Negeri Kanguru
itu sedang reses. Konyolnya lagi anggota DPR sempat membohongi mahasiswa
Indonesia di sana soal email resmi Komisi VIII beralamat di komisi8@yahoo.com.
"Itu semakin memperjelas studi banding itu tidak ada gunanya. Itu hanya
modus untuk jalan-jalan dan mendapatkan uang saku," ujar Kordinator
Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang.
Banyak cerita minor tentang kelakuan wakil rakyat saat berkunjung ke
luar ngeri. Pada 28 Juli 2005, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI)
Belanda memergoki anggota DPR dari Badan Legislatif jalan- jalan dan
belanja barang mewah. Wakil rakyat pun terpotret sedang menenteng barang
belanjaan merek Bally atau Gucci.
"Mereka tidak ada agenda di Belanda dan saat itu kami memang ingin
menemui mereka untuk audiensi. Mereka 2 malam di Amsterdam," ujar mantan
Ketua PPI Amsterdam 2004- 2005 Berly Martawardaya kepada detikcom.
Anggota DPR tidak mempunyai agenda resmi ke Amsterdam karena pada saat
itu Parlemen Belanda yang berkedudukan di Den Haag juga sedang masa
reses.
Hal senada juga dibeberkan mantan Ketua PPI Perancis Mahmud Syaltout.
Sebelum mendatangi Amsterdam, anggota DPR itu sebenarnya hendak studi
banding ke Perancis. Tidak jelas dalam urusan apa kunjungan itu. Namun,
kedatangan anggota DPR itu telah jauh-jauh hari ditolak oleh PPI
Perancis.
Ketua PPI saat itu (alm) Rudianto Ekawan, memerintahkan semua mahasiswa
untuk datang ke KBRI Perancis dan melakukan aksi walk out serta
membacakan surat protes atas kedatangan anggota DPR. Aksi ini diharapkan
menjadi tamparan keras bagi wakil rakyat yang datang tanpa persiapan ke
Perancis.
Anggota DPR tidak bisa memberikan penjelasan logis soal kedatangan
mereka. Salah seorang juru bicara DPR menyatakan tujuan mereka untuk
bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang pintar. Mereka juga
memuji mahasiswa di luar negeri sebagai pemimpin bangsa dan juga
merupakan konstituen mereka.
"Sebelum pidato selesai, teman saya, Rudianto AB interupsi dan
membacakan surat protes dari PPI Prancis. Kemudian kita walk out. KBRI
pun geger dan semua marah sama kita," cerita Mahmud.
Gara-gara kejadian itu semua jadwal kunjungan DPR di Belanda dan Belgia
ikut dibatalkan. Akhirnya PPI Belanda memergoki para wakil rakyat itu
asyik berbelanja.
Mahmud kembali menjadi guide untuk anggota DPR yang melakukan studi
banding mengenai masalah anggaran ke Perancis pada 2006. Sebenarnya,
kedatangan anggota DPR bukan ke Perancis, tetapi hendak menonton
pertandingan final Piala Dunia di Jerman antara Italia melawan Perancis.
Karena datang lebih awal, mereka menyempatkan diri melancong ke negeri
mode tersebut.
Rombongan ternyata tidak hanya terdiri dari anggota DPR, tapi juga
banyak terdapat anggota DPRD dari DKI Jakarta. Selama berada di
Perancis, para wakil rakyat itu menghamburkan uang dengan berbelanja
merek mahal semisal Louis Vitton, Pierre Cardin, dan membeli jam tangan
mahal yang harganya dapat membiayai uang kuliah seorang mahasiswa selama
setahun.
KBRI Perancis yang dipimpin oleh (alm) Arizal Effendi juga menolak
memfasilitasi anggota DPR. Para anggota dewan dianggap sebagai rombongan
liar.
Saat itu, salah seorang anggota DPR sempat meminta untuk dicarikan gadis
panggilan di Perancis. Mahmud menjelaskan, di Perancis tidak ada pusat
lokalisasi seperti Red Light di Belanda.Si anggota DPR kemudian meminta
ditunjukkan pusat tarian striptis di Perancis. Mahmud pun menyarankan
agar mereka pergi sendiri ke Moulin Rouge.
Saat akan kembali ke Jerman, ketua rombongan DPR itu nyeletuk ada yang
kurang saat di Perancis. "Apa yang kurang, belum beli Hermes ya atau
barang apalagi yang tidak ada?" kata salah seorang anggota rombongan
menanggapi celetukan ketuanya. "Bukan, kita belum sempat foto-foto di
Menara Eiffel," jawab si ketua santai.
Pada 2007, anggota DPR mendapat makian Guru Besar Ilmu Tata Negara
Universitas Sorbon Perancis Prof Edmond Jouve. Saat itu, beberapa
anggota DPR ke Perancis untuk melakukan studi banding tentang
Kementerian Negara dan Dewan Penasihat.
Mahmud yang mahasiswa Ilmu Tata Negara pun meminta Jouve untuk
menjelaskan sistem tata negara di Perancis dan Indonesia. Dalam
pertemuan di KBRI Perancis itu, Jouve menjelaskan sistem tata negara
Perancis dan Indonesia sangat berbeda.
Mendengar paparan itu, seorang anggota dewan nyeletuk mereka salah
mendatangi Perancis untuk studi banding. Anggota dewan lainnya pun
terbahak-bahak mendengar celetukan itu.
Melihat hadirin tertawa, Jouve bertanya. Penerjemah menjelaskan
celetukan sang anggota dewan. Mendapat penjelasan itu Jouve marah.
"Kalian semua goblok!" maki Jouve dalam bahasa Perancis.
Sang profesor lantas mengingatkan, Indonesia bukanlah negara kaya dan
masih berada di dalam kategori negara berkembang, kenapa malah
menghamburkan uang jika tidak ada hasilnya.
Dari Striptis Hingga Dimaki Profesor Perancis (DPR kita Gan!!)
2:03 PM
Unknown