untuk membaca fragment dari novel ini silahkan klik:
“Damar Shashangka memang sudah jauh hari diramalkan bakal memberikan pencerahan terhadap masa gelap sejarah kemunduran Nusantara. Kehadiran novel ini patut dirayakan dengan ritual khusus di Trowulan, petilasan kejayaan Nusantara masa silam.”
—Leonardo Rimba, pendiri Spiritual Indonesia (SI)
“Sabda Palon adalah tokoh agung yang mempunyai energi besar di Cakra Ajna (mata ketiga); menghadapi permasalahan yang pelik tidaklah cukup mengandalkan energi cinta di Cakra Anahata (hati). Tidaklah mengherankan jika ia mampu menerawang sejarah ke belakang dan ke depan. Sungguh, baru memegang buku ini saja sudah terasa energinya yang dahsyat. Dan ketika menyimaknya, betapa pertarungan antara cahaya dan kegelapan tergambar indah di dalamnya.”
—Rini Candra, Master Maha Yoga Kundalini Indonesia
“Salah satu keunikan novel ini adalah intensitasnya yang terjaga ketika menghidupkan banyak tokoh di dalam cerita. Tidak terjadi asimilasi karakter yang sering diderita oleh penulis-penulis fiksi sejarah lainnya.”
—Pringadi Abdi Surya, penulis buku Dongeng Afrizal
“Buku ini sangat berharga bagi kita karena selain figur Sabda Palon menarik untuk dicermati, juga karena ia berusaha mengisi ruang-ruang yang hilang atau kurang tergali dalam berbagai dokumen sejarah kita, tentang suatu masa ketika sebuah kerajaan besar yang tangguh dan dikagumi kawan serta lawan memasuki usia senja. Saya menikmati sepenuhnya dan tak sabar menanti kelanjutan sepak terjang para tokohnya.”
—Wandy N. Tuturoong, konsultan media dan aktivis demokrasi
“Novel ini merupakan referensi utama tentang sejarah Kerajaan Nusantara Majapahit, mengingat banyaknya data dan informasi valid yang tersaji di dalamnya, menggugah kita untuk bangkit kembali setelah lama limbung akibat tercerabut dari akar adat dan budaya bangsa.”
—Ahmad Sinter Prawiraatmadja, pelestari kebudayaan Sunda
“Selama ini, pemahaman kita tentang sejarah kejatuhan Majapahit begitu terfragmentasi. Sangat beruntung kita memiliki Damar Shashangka, yang dengan apik menyatukan keping-keping sejarah tersebut ke dalam sebuah cerita yang tidak saja memberikan pemahaman yang utuh, melainkan juga menghibur urat estetis kita.”
—Khrisna Pabichara, penulis buku Mengawini Ibu
“Siapa pun Damar Shashangka, dia story teller yang berbakat dalam menjalin cerita panjang dengan plot yang sangat acak dan bahkan seperti hampir tidak ada main plot yang menjembatani keseluruhan cerita kecuali satu benang merah: Majapahit. Dia juga berhasil menyamarkan catatan sejarah, imajinasi, dan mungkin hasil olah batin penelusurannya dengan narasi-narasi licin yang cukup cerdas.”
—Sigit Ariansyah, sutradara film
“Inilah buku pertamaku yang tak melulu bicara soal cinta. Hampir semua pupuh dalam novel ini membuatku tersihir dan terlarut ke dalam alurnya. Sebuah buku kuanggap berhasil ketika aku bisa terlarut dan merasakan debar-debar ketegangannya. Dan ketika sampai di pupuh pamungkas, rasanya tak rela khayalan tentang kisahnya harus berakhir.”
—Noni Rafael, penyuka novel cinta
“Jarang ada novel yang bisa membuat saya betah membaca halaman demi halaman. Sabda Palon adalah perkecualian. Penyajian cerita sejarahnya begitu memikat! Sungguh, saya jadi penasaran dengan kelanjutannya.”
—Deddy D’Teges, pemerhati sejarah
“Hanya satu kata yang terucap setelah membaca novel ini: dahsyat! Detailnya luar biasa. Seperti ditulis seorang saksi mata. Jika difilmkan, yang pantas menggarapnya adalah orang sekelas James Cameron!”
—Fouad Sn, alumni Pondok Modern Gontor
“Dengan cantiknya Sabda Palon mengajak kita sejenak menengok ke belakang, bukan untuk bernostalgia, apalagi dendam, terhadap masa lalu, melainkan untuk menemukan jati diri kita kembali sebagai bangsa besar Nusantara.”
—Yudi Sayutogoyo, perupa
“Buku ini membuat saya serasa memasuki rumah Nusantara masa silam yang penuh pintu. Setelah memasuki pintu satu, saya dihadapkan pada banyak pintu lain yang menggoda untuk dimasuki. Dan setelah memasuki pintu-pintu yang ditawarkan buku ini, pemahaman saya tentang rumah Nusantara masa silam semakin benderang.”
—Bangun Widodo, penggemar buku sastra
“Membaca Sabda Palon ibarat berlayar dengan jung menyusuri peradaban-peradaban besar yang pernah hidup di Nusantara, menyibak tabir-tabir rahasia di balik legenda dan menguak kisah-kisah bijak bestari leluhur kita.”
—Eduard de Grave, ketua komunitas spiritual Mayapada Prana