(Photo: freewebs.com)
Zaman modern dalam era globalisasi berlangsung sangat cepat dan praktis dan serentak seperti banjir bandang. Padahal kesiapan mental orang menghadapi era global tidak sama. Ketidak seimbangan itu kemudian menimbulkan gangguan kejiwaan, dan banyak orang terkungkung dalam kerangkeng manusia modern sebagai the hollow man, manusia yang sudah kehilangan makna, resah setiap kali harus mengambil keputusan bahkan tidak tahu apa yang diinginkan. Mereka terasing di tengah keramaian, kehilangan keberdayaan di tengah kompetisi. Ketimpangan itu menyebabkan mereka sibuk bekerja menyesuaikan diri dengan trend zaman, tetapi sesungguhnya mereka sedang melayani kemauan orang lain (sosial) .Mereka sibuk melayani kemauan orang lain sampai lupa kemauan sendiri. Akibatnya dalam pergaulan mereka selalu memakai topeng sosial, ketika tertawa, ketika tersenyum dan bahkan ketika berbuat kebaikan. Saking seringnya memakai topeng sosial sampai ia lupa wajah sendiri.
Healing dan Konseling; Pendekatan Psikologi Islam
Di kalangan masyarakat terpelajar sudah dikenal adanya layanan konseling, karena pasarnya ada. Orang terpelajar secara sadar mencari solusi problemnya dengan mencari konselor, sementara orang awam tidak tahu persis apa problemnya, dan tak tahu juga harus kemana. Namun demikian bukan berarti masyarakat awam tidak mengenal terapi yang bernuansa psikologi. Di kalangan masyarakat santri, orang yang mengalami problem kejiwaan biasanya pergi kepada kyai, dan kyai memberikan layanan yang bernuansa psikologis, tetapi bukan berbasis psikologi, yakni berbasis akhlak dan tasauf. Sebagaimana diketahui dalam sejarah keilmuan Islam tidak muncul ilmu semacam psikologi yang berbicara tentang tingkah laku. Jiwa dalam sejarah keilmua Islam dibahas dalam ilmu akhlak dan ilmu tasauf. Apa yang dilakukan oleh para kyai barangkali memang tidak “ilmiah”, tetapi tak terbantah justeru banyak yang bernilai tepat guna, karena sesuai dengan kejiwaan klien yang santri. Hingga hari ini masih banyak orang mencari “pendekaan alternatip” setelah gagal menjalani terapi modern melalui konselor psikologi.
Karakteristik Psikologi Islam
Jika psikologi merupakan hasil pemikiran dan laboratorium yang menghasilkan hukum-hukum kejiwaan manusia, Psikologi Islam merumuskan hukum2 kejiwaan pertama melalui teks wahyu, yakni apa kata al Qur’an (dan hadis) tentang jiwa. Selanjutnya ulama “Psikologi Islam” ini berijtihad dengan penghayatan atas jiwa sendiri dan orang lain (menjadikan diri sendiri menjadi obyek penghayatan), sementara teori2 psikologi modern dijadikan alat bantu dalam memahami sumber wahyu.
Jika tugas psikologi itu hanya mengungkap makna tingkah laku, meramalkan dan mengendalikan tingkah laku, maka tugas Psikologi Islam menambahnya dengan berusaha membentuk tingkah laku yang baik (akhlak) hingga jiwa seseorang dapat merasa dekat dengan Tuhan (tasauf). Jika psikologi Barat hanya berdimensi horizontal, psikologi Islam melengkapinya dengan dimensi vertikal.
Wassalam,
agussyafii
agussyafii