Quote:Dalam
15 bulan ke depan, pemerintah Jepang lewat Perdana Menterinya Shinzo
Abe berencana untuk menghabiskan US$ 100 miliar lebih atau lebih dari Rp
1.000 triliun untuk infrastruktur. Tapi Jepang mau bangun apa lagi?
Dana infrastruktur yang besar ini digelontorkan untuk menyemangati
kondisi ekonomi yang lesu. Tapi, dengan banyaknya kereta peluru, jalan
tol, hingga pulau buatan, Jepang tampaknya tidak memerlukan investasi
infrastruktur yang besar.
"Kami tidak bisa dengan mudah membangun jalan dan infrastruktur saat
ini, karena populasi yang menyusut dan kebanyakan adalah orang berumur,"
kata seorang profesor kebijakan publik dari Universitas Hosei Jepang
yaitu Takayoshi Igarashi seperti dikutip dari Reuters, Senin
(25/2/2013).
Dana infrastruktur yang menjadi agenda pemerintahan Abe ini juga
dilakukan untuk mengakhiri deflasi yang terus terjadi di negara
tersebut. Anggaran infrastruktur yang nilainya 10 triliun yen (US$ 107
miliar) ini akan dihabiskan dalam 15 bulan dan setengahnya dibiayai dari
utang pemerintah.
Anggaran infrastruktur Jepang tersebut setara dengan 25% dari total dana
infrastruktur yang diperlukan negara-negara di seluruh dunia tiap tahun
menurut OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development).
Belanja atau penggunaan anggaran pemerintah memang menjadi obat klasik
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang melemah. Jepang telah
mengucurkan US$ 2 triliun untuk industri guna mendorong ekonomi, namun
tetap sulit.
Para pengamat ekonomi mengingatkan, Jepang memang harus meningkatkan
pertumbuhan ekonomi secara hati-hati karena anggaran yang dikeluarkan
pemerintah selama ini kurang berhasil mendorong ekonomi dan malah hanya
meningkatkan utang saja.
Soal keandalan infrastruktur, Jepang saat ini memang sudah top. Panjang
jalan yang dimiliki negara Matahari Terbit ini mencapai 1,2 juta
kilometer atau kelima terpanjang di dunia. Jepang juga mempunyai 680
ribu jembatan di seluruh negaranya, 10 ribu terowongan, 250 kereta
peluru atau super cepat dan 98 bandara.
Pembangunan infrastruktur di Jepang saat ini memang sia-sia karena sudah
lengkap. Contoh saja bandara Ibaraki, 85 kilometer di sebelah utara
Tokyo, yang dibuka 2010 dengan nilai US$ 225 juta (Rp 2,1 triliun)
sebagai bandara khusus penerbangan murah. Saat ini, bandara tersebut
hanya melayani 6 penerbangan sehari, jadi tidak efektif mendorong
ekonomi.
Selain itu, pembangunan jalan baru di Jepang juga bakal sia-sia. Kenapa?
Karena saat ini makin sedikit jumlah mobil yang ada di jalanan.
Perusahaan riset otomotif Jepang bahkan mengatakan, penjualan mobil di
Jepang akan turun dari 5,4 juta unit tahun lalu menjadi hanya 4,5 juta
unit di 2020, dan hanya 3 juta di 2040.
udah Punya Segalanya, Jepang Bingung Habiskan Dana Infrastruktur Rp 1.000 T
10:41 PM
Unknown