PENDAHULUAN
Sungguh ironi jika kita lihat fenomena umat islam pada jaman sekarang ini terutama di negeri kita Indonesia mereka adalah umat yang terbesar tetapi mereka bagaikan buih dilautan yang terombang-ambing oleh keadaan. Hampir disemua lini umat ini termajinalkan padahal umat islam menurut ALLAH subhanahu wa Ta’ala adalah umat yang terbaik dalam firmannya dalam surah Ali ‘imran :110
“ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Sehingga kita umat islam perlu koreksi diri apa yang salah pada kita karena firman ALLAH mutlak kebenarannya. Dari ayat diatas sifat dari umat yang terbaik adalah menyeru kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, serta beriman kepada Allah. Sudahkah kita menyeru kepada yang ma’ruf ?, sudahkan kita mencegah kemungkaran ? dan terakhir sudahkan kita beriman kepada ALLAH menurut apa yang dikehendakiNYA.
Oleh karena didasari ayat tersebut diatas penulis berusaha untuk memberikan penjelasan dari dasar yang dikutip dari tulisan para ulama dalam menjelaskan hal ini yaitu tentang makna dan syarat-syarat dari kalimat Laa ilaha illallah.
PEMBAHASAN
Kalimat Laa ilaha illallah memiliki dua rukun yaitu penafian (penolakan) sesembahan-sesembahan (ilah-ilah) selain ALLAH yang terangkum dalam kalimat Laa ilaha dan penetapan hanya ALLAH lah yang berhak untuk di sembah.yang terangkum dalam kalimat illallah.
Telah berkata ibnu Abbas bersyahadat Laa ilaha illallah mengharuskan seseorang yang bersaksi itu berilmu (mengetahui) bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah (di ibadahi) kecuali hanya ALLAH sebagaimana firmanNYA dalam surah Muhammad:19
“ Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan) selain Allah “
Kemudian beliau berkata lagi bahwasanya nama ALLAH disebutkan setelah kecuali menunjukkan bahwa penyembahan (ibadah) adalah wajib bagi NYA, sedangkan selainNYA tidak berhak sedikitpun untuk mendapatkan penyembahan itu.
Kalimat tauhid ini mengandung perintah untuk mengkufuri thaghut yang terangkum pada kalimat Laa ilaha dan beriman kepada ALLAH yang terangkum pada kalimat illallah, sebagaimana firman ALLAH dalam surah An-Nahl :36
“ Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut.”
Definisi thaghut menurut para ulama adalah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari ALLAH subhanahu wa Ta’ala dan mereka yang disembah itu ridho.
Dan begitupula pada firman ALLAH dalam surah Albaqarah:256
“ Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. “
Mufassirin menafsirkan buhul tali yang amat kuat adalah kalimat Laa ilaha illallah.
Konsekuensi dari kalimat tauhid ini adalah kita beribadah hanya kepada ALLAH semata sembari itu kita menjauhi syirik (harus beriringan). Beribadah hanya kepada ALLAH merupakan pengejawantahan dari kalimat illallah sedangkan menjauhi syirik merupakan pengejawantahan dari kalimat Laa ilaha sebagaimana firman ALLAH dalam surah An Nisa :36 “ Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-NYA dengan sesuatupun “.
Syaikh Abudurrahman alu syaikh menjelaskan bahwa menjauhi kesyirikan merupakan syarat sahnya ibadah dikarenakan kesyirikan membatalkan semua amalan sebagaimana firman ALLAH dalam surah Azzumar 65
“ Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi “.
Mengesakan ALLAH dalam ibadah dan menjauhi kesyirikan merupakan dua perkara yang tidak dapat dipisahkan dalam berislam. Hal ini disebabkan hakekat dari islam adalah patuh terhadap semua perintah ALLAH dan menjauhi semua larangan ALLAH. Perintah teragung dalam perkara-perkara agama ini adalah mengesakan (mentauhidkan) ALLAH sebagaimana wasiat ALLAH kepada hambaNYA yang termaktub dalam surah Al israa’: 23
“ Dan Tuhanmu telah mewasiat agar kamu jangan beribadah kecuali hanya kepadaNYA “.
dan larangan yang terbesar dalam perkara-perkara agama ini adalah perbuatan syirik sebagaimana firman ALLAH dalam surah Luqman:13
“ Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang sangat besar".
Agar kalimat tauhid yang diucapkan berguna bagi si pelaku maka menurut Syaikh Ahmad Hakimi harus memenuhi tujuh syarat yaitu :
1.Ilmu, si pelaku harus mengetahui makna yang dikandung dari kalimat tauhid tersebut mengetahui apa yang ditolak (nafi) dan apa yang ditetapkan (isbath) sebagaimana firman ALLAH dalam surah Muhammad:19
“ Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan) selain Allah “.
2.Yakin, si pelaku yakin dan tidak ragu terhadap makna yang dikandung dari kalimat tauhid tersebut sebagaimana firman ALLAH dalam surah Alhujurat :15
“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar “.
3.Ikhlas, si pelaku membersihkan niat dalam mengucapkan kalimat tauhid tersebut dari segala bentuk niat selain ALLAH sebagaimana firman ALLAH dalam surah Albayinah:5
“ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus “
Begitupula khabar gembira yang beritakan oleh Rasullullah dari hadis yang diriwayatka oleh imam Bukhari 1/116 dari itban bin Malik, Rasullullah SAW bersabda
إن الله Øرم على النار من قال لااله إلاالله يبتغى بذلك وجه الله
Sesungguhnya ALLAH mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan Laa ilaha illallah dengan mengharap wajah ALLAH (ikhlas).
4. Jujur, si pelaku kita mengucapkan kalimat tauhid tidak berdusta artinya apa yang diucapkan (dzahir) dibenarkan oleh hatinya (batin)
1. Alif laam miim, 2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? 3. Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
Begitupula seperti yang dikhabarkan oleh Rasullullah dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari 1/44 dari Muadz bin jabal Rasullullah bersabda
ما من Ø£Øد يشهد أن لا إله إلا الله وأن Ù…Øمد عبده ورسوله صدق من قلبه إلا Øرمه الله على النار
Apabila sseorang bersaksi secara jujur dari hatinya bahwa tiada sesembahan yang hak selain ALLAH dan Muhammad utusan ALLAH, maka diharamka bagi si pelaku neraka.
5. Cinta, si pelaku mencintai aturan-aturan yang ada dalam kalimat tauhid ini, mencintai orang-orang yang mengucapkan dan mengamalkan syarat-syaratnya dan membenci hal-hal yang dapat membatalkan hal tersebut. Sebagaimana Firman ALLAH dalam surah AlBaqarah:165
“ Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah “.
Kecintaan pada ALLAH terbukti ketika seseorang mendahulukan cintanya kepada ALLAH daripada selainNYA meskipun kecintaan pada ALLAH menyelisihi keinginan hawa nafsunya dan membenci apa yang dibenci oleh ALLAH walaupun hawa nafsunya mencintainya. Berkasih sayang kepada orang yang berloyalitas kepada ALLAH dan RasulNYA sebaliknya keras terhadap orang-orang yang menentang ALLAH dan rasulNYA.
6. Tunduk, si pelaku tunduk dan patuh terhadap hukum-hukum yang terkandung dalam kalimat tauhid tersebut sebagaimana firman ALLAH dalam surah Luqman:22
“ Dan Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang Dia orang yang berbuat kebaikan, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan “.
Dan Surah An nisa 65
“ Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) sebagai hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”.
7. Si pelaku menerima secara total kalimat tauhid tersebut, karena ALLAH telah mengkhabarkan kepada kita bagaimana balasan orang yang enggan merima kalimat tauhid ini sebagaimana firman ALLAH Ashaffat:35-38
“ Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri 36. Dan mereka berkata: "Apakah Sesungguhnya Kami harus meninggalkan sembahan-sembahan Kami karena seorang penyair gila?". 37. Sebenarnya Dia (Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan membenarkan Rasul-rasul (sebelumnya). 38. Sesungguhnya kamu pasti akan merasakan azab yang pedih “.
PENUTUP
Demikianlah sekelumit pembahasan makna dan syarat-syarat dari kalimat tauhid Laa ilaha illallah. Sehingga kita mengetahui apa makna dan konsekuensi dari kalimat tersebut dan membuat kalimat tersebut bermanfaat bagi si pengucapnya.
Makna dan syarat-syarat dari kalimat Laa ilaha illallah.
2:52 PM
Unknown