New Keynesian economics merupakan school of thought dalam ekonomi makro modern yang berkembang dari ide John Maynard Keynes. Keynes menulis buku The Theory of Employment, Interest, and Money tahun 1930an, dan pengaruh pemikirannya sangat kuat di kalangan akademisi dan pembuat kebijakan sampai dengan tahun 1960. Namun demikian pada tahun 1970-an, ekonom New Classical seperti Robert Lucas, Thomas J. Sargent, dan Robert Barro mempertanyakan pemikiran dari revolusi Keynesian. Label “New Keynesian” mengambarkan para ekonom (pada tahun 1980-an) yang merespon dari kritik new classical dengan melakukan penyesuaian aliran original Keynesian.
Pokok ketidaksepakatan antara ekonom new classical dan new Keynesian adalah seberapa cepat wages dan price melakukan penyesuaian. Para ekonom new classical membangun teori ekonomi makro dengan mengasumsikan bahwa wages dan price adalah fleksibel. Mereka percaya bahwa pada pasar terjadi “market clearing” –keseimbangan supply dan demand- dengan penyesuaian harga yang dengan cepat. Para ekonom New Keynesian percaya bahwa model “market clearing” tidak dapat menjelaskan fluktuasi ekonomi dalam jangka pendek, dan mereka menawarkan model dengan “sticky” wages dan prices. Teori new Keynesian mengacu pada stickiness of wages and prices untuk menjelaskan mengapa terjadi adanya involuntary unemployment dan mengapa kebijakan moneter mempunyai pengaruh yang kuat aktivitas ekonomi.
Tradisi yang panjang dalam ekonomi makro (termasuk kedua perspektif Keynesian dan monetarist) menekankan bahwa kebijakan moneter akan mempengaruhi orang bekerja dan produksi dalam jangka pendek, sebab harga akan merepon sluggishly adanya perubahan dalam money supply. Menurut pandangan ini, jika money supply menurun, orang-orang akan mengurangi pembelanjaan uang dan permintaan barang akan menurun. Karena harga dan upah adalah inflexible dan tidak segera menurun, maka penurunan pengeluaran masyarakat akan menyebabkan penurunan penurunan produksi dan layoffs pekerja. Ekonom New Classical mengkritisi tardisi isi sebab penjelasan teoritis tentang perilaku penyesuaian harga dan upah yang lambat kurang masuk akal. Banyak penelitian New Keynesian berupaya untuk mengatasi kekurangan ini.
Menu Costs and Aggregate-Demand Externalities
Salah satu alasan harga tidak segera menyesuaikan untuk market-clearing yaitu penyesuaian harga membutuhkan biaya mahal. Untuk merubah harga, sebuah perusahaan mungkin perlu mengirimkan katalog baru kepada pelanggan, mendistribusikan daftar harga baru kepada staf penjualan, atau, dalam hal restoran, mencetak menu baru. Biaya dari penyesuaian harga ini, dinamakan “menu cost” menyebabkan perusahaan untuk menyesuaikan harga periode tertent daripada terus-menerus.
Para ekonom tidak setuju mengenai apakah menu cost dapat membantu menjelaskan fluktuasi ekonomi dalam jangka pendek. Sikap skeptis ditunjukkan bahwa menu cost biasanya sangat kecil. Mereka menyatakan bahwa biaya yang “kecil” ini tidak mungkin untuk membantu menjelaskan resesi, yang sangat mahal bagi masyarakat. Para pendukung memberikan alasan bahwa “kecil” tidak berarti “ngawur”. Walaupun menu biaya kecil untuk setiap perusahaan, mereka dapat memiliki dampak besar pada perekonomian secara keseluruhan.
Para pendukung dari menu-cost hipothesis menggambarkan situasi sebagai berikut. Untuk memahami mengapa harga menyesuaikan secara perlahan, satu hal harus mengakui bahwa ada perubahan harga eksternalitas-yaitu, efek dibalik hubungan perusahaan dan pelanggan. Misalnya, penurunan harga oleh satu perusahaan akan memberikan keuntungan perusahaan lainnya dalam suatu perekonomian. Ketika sebuah perusahaan menetapka penurunan harga, dan harga tersebut sedikit lebih rendah dari tingkat harga rata-rata dan dengan demikian akan meningkatkan pendapatan riil. Stimulus dari pendapatan riil yang lebih tinggi, pada gilirannya, meningkatkan permintaan untuk produk-produk dari semua perusahaan. Dampak makroekonomi dari penyesuaian harga satu perusahaan mengakibatkan pada permintaan produk-produk semua perusahaan (disebut “aggregate demand externality”).
Adanya aggregate-demand externality, Menu cost dapat membuat price sticky, dan stikines ini dapat membuat biaya yang besar bagi masyarakat.. Misalnya suatu pabrik mobil (X) mengumumkan harga-nya dan kemudian, setelah adanya penurunan money supply, perusahaan tersebut harus memutuskan apakah akan menurunkan harga. Jika terjadi demikian, pembeli mobil akan memiliki pendapatan rill yang lebih besar dan oleh karena itu akan membeli produk dari perusahaan lain juga. Tetapi manfaat kepada perusahaan lain tidak menjadi perhatian pabrik mobil (X) tersebut. Karena itu, Pabrik Mobil (X) kadang-kadang gagal untuk membayar menu cost dan menurunkan harganya, walaupun penurunan harga itu keinginan masyarakat. Ini adalah contoh dari sticky price yang tidak dikehendaki untuk perekonomian secara keseluruhan, walaupun itu mungkin akan optimal bagi mereka yang menetapkan harga.
The Staggering of Prices
Penjelasan New Keynesian tentang sticky prices sering menekankan bahwa tidak semua orang dalam perekonomian menentukan harga pada saat yang sama. Namun, penyesuaian harga sepanjang siklus perekonomian adalah staggered. Proses staggering menyulitkan untuk menetapkan suatu harga oleh karena perusahaan sangat memperhatikan harga produknya dibandingkan dengan perusahaan lain. Proses staggering dapat membuat keselurahan tingkat harga melakukan penyesuaian secara perlahan-lahan, meskupun ketika harga secara individual sering berubah.
Proses penyesuai harga dapat diilustrasikan sebagai berikut. Misalnya, pertama, penetapkan harga yang disinkronisasikan: setiap perusahaan menyesuaikan harganya pada setiap bulan. Jika suplai uang beredar menigkat dan permintaan agregat meningkat pada 10 Mei, maka output akan lebih tinggi dari 10 Mei ke 1 Juni, karena harga adalah fixed selama interval ini. Namun demikian, pada 1 Juni, semua perusahaan akan menaikkan harga mereka untuk merespon permintaan agregat yang tinggi, yaitu boom pada tiga minggu terakhir.
Apabila, sekarang dimisalkan penetapan harga adalah staggered: sebagian perusahaan menetapkan harga pada setiap awal bulan dan sebagian lagi pada hari ke limabelas. Jika suplai uang beredar meningkat pada 10 Mei, maka sebagaian perusahaan-perusahaan dapat menaikkan harga pada 15 Mei dan sebagaian perusahaan-perusahaan lainya tidak akan mengubah harga pada hari kelimabelas. Perbedaan harga relatif ini, akan mengakibatkan sebahagian perusahaan akan kehilangan customers. Oleh sebab itu, sebagian perusahaan yang merubah harga mungkin dengan menaikan harganya tidak banyak. (Ini kontras, jika semua perusahaan melakukan sinkronisasi harga, sehingga tidak berpengaruh pada harga relative). Jika perusahaan yang merubah harga pada 15 Mei dengan penyesuaian harga sedikit, maka pada gilirannya perusahaan lain akan melakukan penyesuaian sedikit juga pada 1 Juni, karena mereka juga ingin menghindari perubahan harga relatif. Tingkat harga akan meningkat secara perlahan sebagai hasil dari kenaikan harga kecil pada awal dan hari kelimabelas setiap bulannya. Oleh karena itu, proses staggering membuat tingkat harga berubah lambat, karena tidak ada perusahaan berkeinginan untuk menjadi yang pertama dalam kenaikan harga yang besar.
Kegagalan Koordinasi
Beberapa ekonom New Keynesian menyarankan bahwa resesi ekonomi merupakan dampak dari kegagalan koordinasi. Masalah koordinasi dapat muncul dalam pengaturan upah dan harga karena mereka dalam menetapkan upah dan harga harus mengantisipasi tindakan pemain lainnya dalam penetapan upah dan harga. Dalam bernegosiasi tentang upah Pemimpin serikat pekerja memperhatikan tentang konsesi-konsesi serikat pekerja lainnya akan menang. Perusahaan dalam menetapkan harga sangat memperhatikan harga yang ditetapkan oleh perusahaan lainnya.
Untuk melihat bagaimana resesi dapat timbul dengan adanya kegagalan koordinasi, berikut ini sebagai perumpamaan. Misalkan perekonomiaan terdiri dari dua perusahaan. Setelah adanya penurunan tajam dalam money supply, setiap perusahaan harus memutuskan apakah melakukan pemotongan harga. Setiap perusahaan berkeinginan untuk memaksimalkan profit, namun profit tersebut tidak hanya tergantung pada keputusan harga tetapi juga pada keputusan yang dibuat oleh perusahaan lainnya.
Jika tidak sebuah perusahahaan pun yang melakukan pemotongan harga, jumlah real money (jumlah uang dibagi dengan tingkat harga) adalah rendah, terjadi resesi, dan setiap perusahaan membuat keuntungan hanya limabelas dolar.
Jika kedua perusahaan memotong harganya, real money balance cukup tinggi, resesi bias dihindari, dan setiap perusahaan memperoleh keuntungan sebesar tiga puluh dolar. Meskipun kedua perusahaan lebih memilih untuk menghindari resesi, tidak ada yang dapat diperbuat dengan tindakan sendiri-sendiri. Jika salah satu perusahaan melakukan pemotongan harga sedangkan yang lainnya tidak, dan resesi akan mengikutinya. Perusahaan yang melakukan pemotongan harga hanya mendapatkan lima dolar, sementara yang perusahaan lain mendapatkan limabelas dolar.
Esensi dari perumpamaan ini adalah bahwa setiap keputusan perusahaan mempengaruhi hasil untuk perusahaan lainnya. Ketika satu perusahaan melakukan pemotongan harga, maka hal itu akan meningkatkan kesempatan bagi perusahaan yang lain, karena perusahaan lain dapat menghindari resesi oleh pemotongan harga tersebut. Ini dampak positif dari salah satu perusahaan yang melakukan pemotongan harga pada perusahaan lain dengan meningkatnya kesempatan memperoleh keuntungan karena adanya ekternalitas aggregate-demand.
Hasil apa yang diharapkan dalam suatu perekonomian ini? Di satu sisi, jika setiap perusahaan mengharapkan perusahaan lain untuk memotong harganya, keduanya akan memotong harga, sehingga hasil sesuai dengan yang diinginkan di mana masing-masing mendapatkan tiga puluh dolar. Di sisi lain, jika setiap perusahaan mengharapkan perusahaan lain yang lain untuk mempertahamkan harga, keduanya akan mempertahankan harga, merupakan solusi yang inferior yang mana masing-masing mendapatkan lima belas dolar. Oleh karena itu, kedua hasil tersebut dapat terjadi: adanya multiple equilibria.
Hasil yang inferior, di mana setiap perusahaan yang mendapatkan lima belas dolar, adalah contoh dari kegagalan koordinasi. Jika kedua perusahaan dapat melakukan koordinasi, mereka masing-masing akan memotong harganya dan mencapai hasil yang diinginkan. Dalam dunia nyata, tidak seperti dalam perumpamaan ini, koordinasi seringkali sulit karena jumlah perusahaan yang banyak. Moral dari suatu cerita adalah bahwa meskipun sticky price bukan merupakan minat perusahaan, namun harga secara sederhana dapat sticky karena karena price setters berharap mereka akan melakukannya.
Efficiency Wages
Bagian penting lainnya dari ekonomi New Keynesian telah mengembangankan teori baru tentang pengangguran. Pengangguran yang persisten adalah suatu teka-teki untuk teori ekonomi. Biasanya, ekonom beranggapan bahwa kelebihan pasokan tenaga kerja akan menekan upah. Penurunan upah pada gilirannya akan mengurangi pengangguran dengan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang diminta. Oleh karena itu, sesuai dengan standar teori ekonomi, pengangguran itu sendiri akan menyelesaikan persoalan dengan sendirinya.
Eonom New Keynesian sering mengarah pada teori dari apa yang mereka sebut efisiensi upah untuk menjelaskan mengapa mekanisme market-clearing ini gagal. Teori ini berpegang pada upah yamh tinggi membuat pekerja lebih produktif. Pengaruh upah pada efisiensi pekerja dapat dijelaskan pada kegagalan perusahaan untuk memotong upah meskipun terjadi kelebihan pasokan tenaga kerja. Walaupun penurunan upah akan mengurangi tagihan perusahaan, hal itu juga akan menyebabkan produktifitas pekerja dan dan keuntungan perusahaan akan turun.
Ada berbagai teori tentang bagaimana upah mempengaruhi produktivitas pekerja. Efisiensi upah. Teori pertama efesiensi-upah berpendapat bahwa tingginya upah buruh akan mengurangi turnover pekerja. Pekerja keluar dari perusahaan dengan berbagai alasan yaitu: untuk menerima posisi yang lebih baik di perusahaan lain, untuk mengubah karir, atau untuk berpindah ke negara lain. Semakin banyak perusahaan membayar para pekerja, semakin besar insentif mereka untuk tinggal dengan perusahaan. Dengan membayar upah yang tinggi, perusahaan akan mengurangi frekuensi pekerja yang keluar dari perusahaan, sehingga akan mengurangi waktu yang dihabiskan untuk perekrutan dan pelatihan pekerja baru.
Teori kedua efisiensi-upah berpendapat bahwa rata-rata kualitas tenaga kerja dari sebuah perusahaan tergantung pada itu upah yang dibayarkan para karyawannya. Jika perusahaan mengurangi upah, karyawan terbaik mungkin akan mengambil pekerjaan di tempat lain, dan perusahaan dtinggal dengan karyawan kurang produktif yang memiliki alternatif kesempatan lebih sedikit. Dengan membayar upah di atas tingkat keseimbangan, maka perusahaan ini menghindari adverse selection, meningkatkan kualitas rata-rata dari tenaga kerja, dan dengan demikian meningkatkan produktivitas.
Teori ketiga efisiensi-upah berpendapat bahwa upah yang tinggi akan meningkatkan effort pekerja. Teori ini memposisikan bahwa perusahaan tidak dapat memantau dengan sempurna work effort karyawannya dan bahwa karyawan yang harus memutuskan cara sendiri untuk bekerja keras. Pekerja dapat memilih untuk bekerja keras, atau mereka dapat memilih untuk mangkir dan risiko tertangkap dan mendapatkan PHK. Perusahaan dapat meningkatkan work effort karyawan dengan membayar upah yang tinggi. Semakin tinggi upah, semakin besar adalah biaya pekerja untuk PHK. Dengan membayar upah lebih tinggi, perusahaan menekan beberapa karyawannya untuk tidak mangkir, dan dengan demikian akan meningkatkan produktivitas mereka.
A New Sintesis
Selama tahun 1990-an, perdebatan antara para ekonom New Classical dan New Keynesian menyebabkan munculnya sintesis baru antara macroeconomists tentang cara terbaik untuk memberikan penjelasan fluktuasi ekonomi jangka pendek dan peran kebijakan fiskal dan moneter. Sintesis baru ini mencoba untuk menggabungkan kekuatan dari pendekatan keduanya. Dari model new classical ini akan membawa berbagai pemodelan yang mencurahkan pada bagaimana rumah tangga dan perusahaan membuat keputusan dari waktu ke waktu. Dari model New Keynesian yang diperlukan adalah price rigidity dan menggunakannya untuk menjelaskan mengapa kebijakan moneter akan mempengaruhi kebekerjaan dan produksi dalam jangka pendek. Pendekatan yang paling umum adalah dengan mengasumsikan monopolistically competitive firms (perusahaan yang memiliki kekuatan pasar tapi bersaing dengan perusahaan lain) yang mengubah harga hanya intermittently.
Inti dari the new synthesis adalah pandangan bahwa perekonomian merupakan sistem dinamis keseimbangan umum (dynamic general equilibrium system) yang mempunyai deviasi dengan alokasi yang efisien sumber daya dalam jangka pendek karena adanya sticky price dan mungkin berbagai market imperfections lainnya. Dalam banyak hal, sintesis baru membentuk intelektual dasar untuk analisis kebijakan moneter pada Federal Reserve dan bank sentral di seluruh dunia.
Implikasi kebijakan
Karena ekonomi New Keynesian adalah school of thought mengenai teori ekonomi makro, para penganutnya tidak harus mempunyai satu pandangan tentang kebijakan ekonomi. Pada tingkat yang lebih luas, ekonomi New Keynesian menyarankan –berbeda dengan classical theories- resesi adalah keberangkatan dari normal efisien fungsi dari pasar. Unsur yang New Keynesian economic -seperti menu cost, staggered price, coordination failures, and efficiency wages- mencerminkan penyimpangan yang substansial dari asumsi ekonomi klasik, yang menyediakan dasar intelektualitas para ekonom ”yang biasa dengan justifikasi dari laissez-faire”. Dalam teori New Keynesian recessions disebabkan oleh perekonomian kegagalan pasar yang lebar. Dengan demikian, ekonomi New Keynesian menyediakan alasan bagi intervensi pemerintah dalam perekonomian, seperti countercyclical moneter atau kebijakan fiskal. Bagian ini dari ekonomi New Keynesian telah dimasukkan ke dalam sintesis baru yang muncul di antara macroeconomists. Apakah policymaker harus intervensi dalam prakteknya, bagaimanapun, hal ini merupakan sebuah pertanyaan yang lebih sulit yang mana dipengaruhi berbagai politik dan juga keputusan ekonomi.
New Keynesian Economics
10:03 PM
Unknown