Pribadi Solutif

Pribadi Solutif
Saat ini bangsa Indonesia tengah dirundung oleh berbagai macam problematika kehidupan yang sangat kompleks, mulai dari kemiskinan, bencana alam hingga kemerosotan akhlak. Data jumlah orang miskin sebagai contoh, meskipun menurut BPS mengalami penurunan dari waktu ke waktu, namun angkanya masih sangat tinggi, yaitu berada pada kisaran 31 juta jiwa pada tahun ini.
Demikian pula dengan angka kesenjangan pendapatan yang semakin meningkat dalam kurun waktu satu dekade terakhir, sebagaimana yang diindikasikan oleh peningkatan rasio Gini, dari 0,311 pada tahun 1999 menjadi 0,368 pada tahun 2008 (BPS, 2009).
Yang juga tidak kalah mirisnya adalah terjadinya degradasi akhlak dan moralitas bangsa di semua lini kehidupan masyarakat. Kehidupan bebas dan permisif seolah-olah telah menjadi bagian dari budaya bangsa. Pornografi tidak lagi dipandang sebagai sebuah bentuk kejahatan, tetapi malah dianggap sebagai bentuk kebebasan berekspresi yang harus dijamin dan dilestarikan.
Kompleksitas persoalan ini kemudian diperparah oleh beragam peristiwa bencana alam yang seolah-olah datang tiada henti. Musibah banjir di Wasior, Papua Barat, yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, semakin menambah daftar panjang bencana alam yang telah menimpa bangsa Indonesia. Akankah kita semua terus menurus terpuruk seperti ini? Tentu saja kita tidak ingin selamanya berada dalam kubangan persoalan tersebut.
Agar kita bisa memecahkan beragam persoalan tersebut, maka keberadaan pribadi-pribadi solutif, yang saling berhimpun dan bekerjasama dalam semangat kebersamaan dan persaudaraan, menjadi sangat strategis. Pribadi solutif adalah pribadi yang mampu memberikan jawaban terhadap segala persoalan yang dihadapi oleh masyarakat. Melalui sinergi pribadi-pribadi solutif inilah, muncul ha rapan besar bagi perbaikan bangsa ke arah yang lebih baik.
Ada beberapa ciri dari pribadi solutif ini. Pertama, senantiasa memadukan antara proses berpikir dengan berdzikir pada Allah SWT (QS 3 : 190-191). Sinergi dzikir dengan pikir merupakan kunci bagi lahirnya ilmu yang bermanfaat, yang akan memberikan dampak positif, tidak hanya pada individu yang bersangkutan, namun juga kepada masyarakat secara keseluruhan.
Kedua, menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan kejujuran (QS 5: 100), meskipun berada pada situasi yang sangat sulit. Komitmen ini akan melahirkan sikap amanah, yang merupakan pintu utama bagi turunnya rezeki dan keberkahan dari Allah SWT (HR Abu Daud).
Ketiga, memiliki keberpihakan yang kuat kepada kaum lemah. Pribadi solutif adalah pribadi yang memiliki kepekaan dan kepedulian sosial yang sangat tinggi, karena ia meyakini bahwa pertolongan Allah akan turun melalui pembelaan terhadap kaum dhuafa (al-hadits). Bentuk kepedulian tersebut tercermin antara lain dari kesediannya untuk senantiasa berbagi, baik harta melalui zakat, infak dan shadaqah, pikiran maupun tenaga, yang dilandasi oleh keimanan dan keikhlasan karena mengharap ridho Allah semata. Wallahu a’lam.
* Dewan Aqidah dan Syariah ESQ LC, Ketua Umum BAZNAS

Recent Posts

comments powered by Disqus