24 Jam Sebelum Wawancara Kerja



Untuk lebih jelasnya coba simak persiapan menit-menit terakhir selama 24 jam sebelum wawancara berikut ini:

* Sehari sebelumnya
Cobalah untuk survei ke tempat wawancara. Hitung waktu yang ditempuh untuk mencapai tempat tersebut. Pelajari juga jalan-jalan yang terhindar dari kemacetan dan berbagai hambatan. Sehingga esoknya Anda dapat memperkirakan waktu dan jalan yang pas untuk perjalanan dan Anda tidak terlambat sampai di tempat tujuan.

* Malam sebelumnya
Pelajari daftar riwayat hidup atau curriculum vitae Anda. Cobalah berlatih wawancara dengan keluarga Anda. Ungkapkan keahlian dan ketrampilan Anda dengan suara yang jelas. Kalau perlu tuliskan 'point-point' penting tentang keahlian Anda di sehelai kertas kecil. Siapkan juga busana dan perlengkapan untuk wawancara esok hari, seperti sepatu, tas, 'note book', alat tulis, dll. Pilihlah busana yang paling netral dan sesuai dengan perusahaan yang mengundang Anda wawancara. Pastikan tidak ada satu hal pun yang tertinggal. Setelah semua telah dipersiapkan, segeralah tidur. Ingat, Anda membutuhkan energi yang cukup untuk sebuah wawancara maka jangan tidur terlalu larut!

* Pagi sebelumnya
Bangunlah lebih awal untuk mempersiapkan keberangkatan Anda. Jangan lupa mandi dan sarapan. Ingat, sarapan ini cukup penting karena berfungsi sebagai penyimpan energi mulai dari perjalanan sampai saat wawancara. Karena apa jadinya jika saat wawancara berlangsung kepala anda pusing dan perut mual karena perut kosong..? Sungguh sangat tidak nyaman bukan....?

* 10 menit sebelumnya
Setibanya di tempat tujuan, jangan lupa untuk ke toilet terlebih dahulu. Kadang memang Anda dilanda rasa 'nervous' yang berlebihan sehingga Anda ingin buang air kecil. Saat ke toilet sekaligus perhatikan dan rapihkan penampilan Anda. Setelah itu, sambil menunggu, simak obrolan orang yang sama-sama menunggu wawancara sekaligus mempelajari situasi dan apa saja kira-kira yang akan ditanyakan.

Dengan demikian ketika tiba giliran Anda untuk diwawancara, Anda tak perlu ragu dan grogi. Anda pun dapat lebih lancar menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Selamat mempersiapkan wawancara...!

8 Langkah Jadi Bintang!


Bintang disini bukan dalam artian dia seorang yang cantik atau menarik secara fisik semata namun mencakup semua hal. Mulai dari cerdas, punya keahlian, pandai bergaul, aktif, dan masih banyak lagi. Nah, bagi Anda yang ingin jadi bintang di tempat kerja, coba simak strategi menjadi bintang di bawah ini:

- Modal
IQ, kepribadian, kemampuan bersosialisasi, dan pendidikan adalah modal utama. Hal terpenting adalah merubah kekuatan tersebut menjadi kekuatan yang bergerak. Komunikasikan modal tersebut.

- Aktif
Bangun dasar yang kokoh ketika memulai. Itu memberikan kesan yang baik kepada rekan, bos, dan klien Anda. Karenanya inisiatif merupakan langkah pertama untuk menjadi bintang. Inisiatif memiliki empat elemen yaitu melakukan hal di luar deskripsi kerja, membantu yang lain, berani mengambil resiko dan melakukan pekerjaan sampai tuntas.

- Kerjasama
Cara terbaik menyelesaikan suatu pekerjaan adalah melalui kerjasama. Jika ingin bagus dalam bekerjasama, kenali apa yang Anda tidak tahu tapi perlu tahu. Lalu siapa yang dapat memberikan pengetahuan itu dan jalin hubungan dengan mereka. Kerjasama merupakan sistem barter. Bila mengharapkan orang untuk bertukar dengan Anda, maka tunjukkan bahwa Anda memiliki sesuatu untuk ditukar. Bersiaplah membantu orang sebelum Anda meminta bantuan.

- Pengaturan diri
Banyak pekerja melihat pengaturan waktu kerja sebagai pengaturan diri. Sebenarnya tidak hanya dalam mengatur pekerjaan, tapi juga hubungan dengan orang-orang di sekitar karir dan aset karir Anda. Para bintang mulai mencari-cari tahu enam bulan sebelum proyek selesai dan bertanya, "Pengalaman apa yang saya punya? Tugas apa yang harus saya selesaikan setelah ini agar saya lebih berharga bagi perusahaan?" Mereka mulai memilih proyek berikutnya sebelum menyelesaikan proyek yang sedang dikerjakan.

- Berpikiran luas
Jangan hanya melihat sesuatu dari sudut pandang sendiri. Lihat dengan cara yang lebih luas dan sesuaikan dengan cara pikir orang lain.

- Pemimpin
Para bintang memiliki kemampuan mempersatukan orang untuk menyelesaikan pekerjaan. Bukan memecat, menaikkan gaji, atau jabatan. Mereka punya tiga komponen seorang pemimpin yang baik yaitu berpengetahuan, membawa energi ke tempat kerja dan lingkungan serta selalu memberikan perhatian pada setiap orang yang terlibat dalam suatu proyek.

- Kenali perusahaan Anda
Seluk beluk perusahaan, siapa yang dapat dipercaya dan yang sebaiknya dihindari serta bagaimana mengatur kompetisi dalam organisasi, perlu mendapat perhatian. Buka mata dan cari tahu. Apa pandangan atasan dan pekerja yang lebih lama dari Anda mengenai hal-hal yang sedang terjadi. Jadilah guru sendiri. Jadilah murid di tempat kerja.

- Bintang percakapan
Seorang bintang di tempat kerja adalah ahli komunikasi yang hebat. Mereka tahu bagaimana cara membentuk percakapan, membatasinya dan menarik perhatian orang. Untuk itu, gunakan bahasa yang tepat dengan pendengar yang tepat pada waktu yang tepat.

So, bila Anda ingin jadi bintang, mulailah melihat diri Anda dan para bintang di tempat kerja. Apa yang mereka lakukan? Apa yang menyebabkan karir Anda terhambat? Kalo ingin jadi bintang, mulai lah dari sekarang. Karena, Anda memang layak jadi bintang...!

7 Langkah Menjadi Ahli


Telusuri karakter pekerjaan
Langkah awal yang harus dilakukan untuk menjadi ahli di bidang pekerjaan Anda adalah menentukan tolok ukur keahlian itu sendiri. Caranya dengan menelusuri karakter pekerjaan Anda. Maksudnya setiap bidang pekerjaan memiliki kualifikasi penguasaan tertentu yang terbagi dalam penguasaan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Misalnya jika Anda bekerja di biro perjalanan wisata, tentu Anda harus memiliki pengetahuan tentang daerah wisata, ketrampilan memandu turis/wisatawan dan ketrampilan berbahasa asing. Dan tentu saja pengetahuan dan ketrampilan ini harus didukung oleh sikap yang ramah, supel, dan familiar.

Penilaian kekuatan diri
Nilailah diri Anda dengan jujur. Tanyakan pada diri Anda, apakah Anda sudah memiliki sikap yang menunjang tugas dan pekerjaan Anda. Sebaiknya Anda juga meminta ‘feedback’ dari orang lain di sekeliling Anda. Masalahnya, kadang Anda merasa sudah cukup ramah, tetapi ternyata menurut orang-orang di sekitar Anda, tidak demikian. Untuk kolom pengetahuan dan ketrampilan nilailah seberapa baik diri Anda untuk setiap aspek yang telah ditentukan. Penilaian itu ‘baik, cukup, atau kurang’. Untuk penilaian ini pun Anda harus berlaku objektif, kalau perlu Anda bisa minta bantuan teman Anda untuk menilai pengetahuan dan ketrampilan Anda. Misalnya ketrampilan manajemen Anda baik, cukup, atau kurang.

Sadari kelemahan dan bertindaklah
Dari kedua hal di atas, Anda dapat menyadari apa saja kelemahan dan kekurangan Anda. Tapi jika sudah menyadari, jangan terlalu banyak toleransi pada diri sendiri dengan tidak melakukan peningkatan. Segeralah bertindak, jika pengetahuan dan ketrampilan Anda masih kurang, lakukan peningkatan dan penambahan kualitas ketrampilan dan pengetahuan Anda.

Jangan berhenti berlatih
Semakin sering Anda berlatih akan semakin baik bagi Anda untuk menjadi seorang ‘ahli’. Kondisikan diri Anda seperti seorang atlit yang harus meraih ‘juara’. Tentukan target dalam berlatih. Misalnya kalau saat ini Anda sedang berlatih meningkatkan ketrampilan bahasa asing, minimal tiga bulan ke depan Anda sudah lancar berbahasa asing tersebut. Caranya tentu dengan berlatih langsung dengan orang yang terampil di bidang tersebut. Tambahkan porsi latihan dari waktu ke waktu.

Kekuatan pendukung
Untuk menjadi seorang ‘ahli’ diperlukan pendukung yang kuat. Pendukung itu adalah orang-orang yang selalu mensupport dan membantu Anda dalam mencapai keahlian. Orang-orang tersebut terdiri dari: orang-orang di lingkungan pekerjaan yang bisa diajak berdiskusi tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan peningkatan keahlian; orang yang mau melatih Anda; orang yang memberikan informasi tentang hal-hal yang Anda perlukan; orang yang bisa memberikan ‘feedback’ tentang performa kerja Anda; orang yang menyemangati usaha Anda; dan orang-orang yang dapat membantu memperluas hubungan sosial yang berguna bagi pekerjaan Anda.

Lakukan pembaruan
Jika Anda merasa sudah cukup ahli dalam suatu bidang, jangan terpaku pada satu keahlian tersebut. Lakukan pembaruan dan penyegaran agar keahlian yang Anda miliki tidak ‘kejam’ alias ketinggalan jaman. Jangan lupa untuk selalu memanfaatkan keahlian Anda untuk hal-hal yang berguna. Karena keahlian yang tidak dimanfaatkan akan mengalami ‘stagnasi’.

Evaluasi
Langkah terakhir yang harus Anda lakukan untuk menjadi ‘ahli’ adalah dengan melakukan evaluasi secara berkala. Misalnya, kekurangan dan kelemahan apa saja yang berhasil Anda atasi? Target keahlian apa yang sudah tercapai? Sejauh mana peran pendukung dapat membantu usaha Anda dan kekuatan pendukung mana yang perlu ditambah? Sejauh mana keahlian yang telah Anda capai dapat bermanfaat..?. Pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu Anda dalam memposisikan diri untuk menjadi ‘seorang yang ahli’.

Dengan melakukan hal-hal di atas secara lebih serius, fokus, dan konsisten, Anda akan menjadi orang yang ahli di bidang Anda. Tetapi ingat, keahlian tanpa kepedulian pada orang lain, percuma saja. Selain untuk diri pribadi dan karir, manfaatkan keahlian Anda untuk kepentingan sosial dan mereka yang membutuhkan. Karena keahlian Anda akan semakin berarti bila berguna bagi orang lain bukan? Good luck..!

BRAIN MOTIVATOR

Apa itu Brain Motivator? Seseorang yang memberikan dan membangkitkan semangat atau motivasi orang lain dengan meng-empowering kerja otak sehingga orang tersebut akan tetap semangat dan merasa berdaya guna dalam jangka panjang.

12 Kualitas Utama Menjadi Seorang Manager Yang Sukses (I)


Menjadi seorang Manager yang sukses merupakan dambaan semua orang yang menempuh jalur karir dalam sebuah perusahaan. Karena itu banyak sekali buku-buku, training, maupun seminar yang membahas dan mengajarkan tentang bagaimana menjadi seorang Manager yang sukses. Dan mereka dengan sangat antusias membaca, dan mengikuti training-training, seminar yang memerlukan investasi yang tidak sedikit.


Tetapi dalam kenyataannya untuk menjadi seorang Manager yang sukses tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tidak semudah dan semenarik seperti apa yang telah disampaikan dalam buku-buku ataupun oleh pembicara dalam seminar.


Setelah membaca sekian banyak buku dan mengikuti berbagai seminar tentang menjadi seorang Manager yang sukses, saya jatuh pada sebuah buku yang telah menjadi pedoman bagi hampir semua perusahaan di dunia dalam hal pengembangan sumber daya manusia dan pembentukan sistem manajemen profesional yaitu 'Effective Sales Management' oleh John Strafford & Colin Grant.


Dalam buku tersebut, sebelum seseorang dapat dipromosikan menjadi seorang Manager, sangat penting buat kita untuk memperhatikan kualitas-kualitas utama seperti apa yang harus dan mutlak dimiliki untuk menjadi seorang manager yang sukses. Dan diambil satu kesimpulan bahwa terdapat 12 Kualitas Utama yaitu :



  1. Kemauan untuk menjadi seorang Manager.

  2. Memiliki kemampuan memimpin dan memotivasi orang lain.

  3. Terorganisir dan mampu membuat perencanaan dengan baik.

  4. Memiliki kemampuan dalam pengawasan/control serta tugas-tugas administrasi.

  5. Memahami masalah keuangan dengan baik (pengeluaran,pemasukan, efisiensi dan efektifitas)

  6. Memiliki keahlian dalam bidang rekrut, training, motivasi dan pengembangan orang - orang dalam team.

  7. Menguasai dan mengikuti perkembangan teknologi.

  8. Memiliki stamina diatas rata-rata (mampu bekerja lebih lama dan lebih keras dibanding sebelum menjadi manajer).

  9. Memiliki kondisi kesehatan prima.

  10. Memiliki tingkat antusiasme dan integritas tinggi.

  11. Menyadari adanya resiko jabatan (kuantitas waktu untuk keluarga lebih sedikit).

  12. Komitmen tinggi untuk menjadi Manager yang sukses

Jadi, apabila Anda adalah calon Manager atau Anda seorang Manager, saya pikir alangkah bijaksana apabila Anda mulai melakukan evaluasi terhadap diri Anda. Bagi para calon Manager dan Manager, pertanyaannya adalah:


  • Apakah saya telah memiliki ke 12 Kualitas Utama tersebut diatas sehingga saya layak untuk dipromosikan dan menjabat sebagai seorang Manager? Kalau jawaban Anda belum, lanjutkan dengan pertanyaan berikut:

  • Kualitas apa sajakah yang telah dan belum saya miliki untuk menjadi seorang Manager yang sukses, dan apa yang akan saya lakukan/action plan saya?

  • Kapan saya akan mulai action plan tersebut untuk memiliki ke 12 Kualitas Utama seorang Manager yang sukses?

12 Kualitas Utama seorang Manager yang sukses merupakan langkah awal dan sangat menentukan bagi keberhasilan Anda dan perusahaan dimana Anda berkarir.

Semoga Bermanfaat.... Salam Sukses!

Multi Profession Management

multi taskingMempunyai beberapa pekerjaan sekaligus ? Harus mengerjakan tugas yang menuntut keahlian profesi yang berbeda ? Banyak tugas rangkap sehingga harus lapor ke lebih dari satu atasan ? Mungkinkah ? Apa resikonya dan bagaimana menyikapinya jika kita menghadapi kondisi semacam ini ?


Mengapa Harus Punya ‘banyak’ Pekerjaan ?
Mungkin kita bertanya-tanya, bagaimana mungkin menjalani beberapa pekerjaan bila saat ini kita sudah sangat kelelahan dengan satu pekerjaan saja. Banyak orang akan berpikir dua kali untuk mengatakan ‘ya’ jika ditawari pekerjaan lain yang sama-sama menyita waktu. Jika menyatakan setuju, berarti perlu memberikan upaya ekstra untuk menuntaskan seluruh pekerjaan.
Namun jika diperhatikan, kondisi semacam ini semakin banyak dialami oleh karyawan, termasuk kita sendiri. Jenis pekerjaan yang beragam dengan deadline yang ketat, keterlibatan kita pada beberapa proyek kerja sekaligus, atau bahkan harus menjalankan beberapa tugas yang menuntut keahlian yang sebenarnya bukan profesi utama kita.
Tampaknya sekalipun lebih berat, banyak orang tetap mampu menangani berbagai jenis pekerjaan semacam ini, bahkan secara sengaja mencari kesempatan untuk mengerjakan hal-hal lain di luar rutinitasnya. Dengan terlibat dalam proyek lintas departemen misalnya, seseorang otomatis akan mempunyai tanggung jawab lebih besar. Beban kerjanya jelas bertambah, dan mungkin ia juga harus mempertanggungjawabkan hasil kerja kepada ‘atasan kedua ‘(dimana standar penilaiannya juga bisa berbeda), dan ia juga dituntut untuk belajar hal-hal baru. Sungguh hal yang tidak mudah, namun mengapa justru kondisi pekerjaan semacam ini menarik bagi sebagian orang ?
a.       Memacu Motivasi Pribadi
Banyak orang merasa puas apabila berhasil menangani tugas yang lebih banyak dan lebih beragam, selama seimbang dengan pengakuan yang diberikan perusahaan atau atasannya. Kondisi yang rutin atau monoton bagi sebagian orang dianggap tidak menantang, dan akan menurunkan semangat kerja. Dengan keberhasilan yang diraih, motivasi seseorang juga akan semakin bertambah.
b.       Menambah Kompetensi
Dengan bertambahnya ragam pekerjaan, otomatis mendorong karyawan untuk belajar lebih banyak hal baru, yang akan menambah pengetahuan atau ketrampilannya. Kompetensi terus terasah seiring dengan intensitas dan kompleksitas tugas yang diemban, dan hal ini merupakan salah satu alasan orang mencari ‘pengayaan’ dalam pekerjaan, atau lebih dikenal dengan ‘job enrichment’.
c.       Menambah Jaringan Relasi
Keterlibatan dalam beberapa proyek atau tugas terkadang menuntut interaksi yang lebih luas daripada sekedar bekerja rutin. Perluasan relasi juga bisa menjadi alasan mengapa seseorang bekerja lebih keras, apalagi jika dari sini ia bisa mendapatkan pengakuan sosial yang lebih baik.
d.       Memanfaatkan Kesempatan Selagi Bisa
‘Kesempatan tidak datang dua kali’ adalah ungkapan yang sering kita dengar. Tidak banyak orang ditawarkan kesempatan untuk mendapatkan variasi tugas, atau kesempatan untuk mendapat pengakuan yang lebih besar seiring dengan beban yang bertambah. Begitu ada tawaran, mengapa tidak dicoba saja ?
e.       Kuntungan Finansial
Tidak semua penambahan beban kerja diiringi dengan peningkatan pendapatan, walau kadang kita bisa saja mendapatkan bonus atas keberhasilan yang diperoleh. Namun sejalan dengan bertambahnya keahlian dan pengalaman, setiap orang berharap bisa memperoleh penghargaan yang lebih tinggi di waktu mendatang. Walaupun tidak selalu mengutamakan materi, peningkatan pendapatan seringkali diharapkan oleh sebagian besar orang yang bekerja.
Tanpa memikirkan segi keuntungan dan kerugian memiliki beban kerja yang beragam,  dewasa ini, istilah ‘multitasks’ memang sudah menjadi hal yang umum dibicarakan orang di lingkungan pekerjaan. Bahkan jarang sekali perusahaan memberdayakan karyawannya hanya untuk satu jenis tugas saja. Tidak heran jika proses seleksi atau rekrutmen karyawan kadang menjadi tampak rumit, karena karyawan tidak hanya dituntut untuk bisa tampil optimal di pekerjaan saat ini, namun juga potensial untuk dikembangkan ke tugas lain yang lebih kompleks nantinya. Tuntutan ini sejalan dengan harapan berkembangnya perusahaan di masa depan.
Sekalipun sudah umum diberlakukan di berbagai perusahaan, sistem kerja multitasks ini tetap perlu dicermati resiko atau konsekuensinya. Tidak semua orang siap dibebankan sistem kerja semacam ini, sehingga  penting bagi kita untuk bisa mengantisipasinya agar seluruh pekerjaan tetap berhasil dengan baik.
Apa Saja Resiko Yang Mungkin Terjadi ?
a.       Penilaian Tidak Jelas
Tidak adanya target dan standar penilaian yang jelas karena tugas yang beragam, apalagi jika peran kita tidak secara spesifik ditetapkan di awal, pada akhirnya hanya akan menimbulkan kelelahan dan ketidakpuasan. Pada dasarnya kita tetap butuh pengakuan dan penilaian yang jelas sesuai usaha yang kita keluarkan.
b.       Sulit Menetapkan Prioritas
Makin banyak tugas, seringkali kita bingung menentukan mana yang harus didahulukan, karena semua pihak menuntut hasil yang cepat dan baik. Kita cenderung bekerja serabutan sesuai tuntutan yang datang, dan hasilnya pun cenderung tidak tuntas.
c.       Koordinasi Tim Kerja Kurang Lancar
Dengan makin banyak koordinasi dengan pihak lain, komunikasi mutlak diperlukan. Perbedaan standar dan persepsi seringkali terjadi, baik antar anggota tim maupun dengan atasan dari masing-masing pekerjaan. Kemungkinan tugas menjadi ‘overlapping’ pun bisa terjadi. Tanpa komunikasi yang baik, akan sulit mendapatkan hasil yang maksimal dan akhirnya justru menimbulkan ketidakpuasan bagi masing-masing pihak.
d.       Beban Kerja Tidak Realistis
Apabila kemampuan atau energi yang dimiliki tidak sebanding dengan beban yang diberikan, tentunya usaha untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan akan sangat besar. Jika beban kerja tidak realistis, pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas keseluruhan. Keberhasilan yang dicapai juga belum tentu akan bertahan lama karena setelah itu pasti akan ada lagi tuntutan yang lebih besar.
e.       Stress Berlebihan
Setiap pekerjaan mempunyai target dan deadline, dan apabila tidak bisa ditangani dengan baik maka seseorang akan selalu kehabisan waktu dan tidak bisa merasakan kesenangan dari pekerjaannya. Perasaan cemas atau kekhawatiran yang berlebihan bisa menimbulkan stress, sehingga pada akhirnya pengayaan pekerjaan tersebut tidak lagi memberikan manfaat.
f.        Kehabisan Waktu Untuk Pribadi
Masih terkait dengan soal waktu, tidak jarang orang menyalahkan pekerjaan sebagai hal yang menyita waktu pribadi mereka, akibat dari ketidakmampuan mengatur prioritas dan waktunya. Tidak adanya keseimbangan antara kehidupan kerja dengan pribadi tentunya akan memberikan dampak kurang baik untuk kehidupan jangka panjang seseorang.
Begitu banyak konsekuensi apabila kita tidak bisa menyikapi beban kerja yang beragam semacam itu. Sebetulnya, ada cara jitu agar hal-hal tersebut di atas tidak sampai terjadi.
Langkah-langkah Mengantisipasi Konsekuensi Negatif
a.       Perjelas target & standar yg diharapkan
Untuk setiap tugas yang diberikan, pastikan kriteria keberhasilan atau standar yang diinginkan untuk mengetahui hasil kerja kita sudah sesuai atau belum. Dengan begitu, kita bisa memperkirakan strategi kerja dan menyesuaikan usaha (effort) untuk mencapainya nanti. Kita pun bisa mengevaluasi kinerja kita sendiri secara lebih spesifik. Selain itu, akan lebih mudah bagi kita untuk mengklarifikasi jika ada masalah atau situasi kerja yang tumpang tindih dengan pihak lain.
b.       Tetapkan prioritas pekerjaan / profesi yang dijalani
Dengan target yang banyak, akan sulit memenuhi semuanya secara bersamaan atau dengan kualitas yang sama sempurnanya. Pastikan prioritas masing-masing tugas. Jika standar harapan atasan sudah jelas, kita juga bisa menentukan bobot kontribusi kita dan menegaskan seberapa besar komitmen kita terhadap setiap pekerjaan. Bertindaklah realistis. Meskipun kita ingin menguasai banyak hal, dianjurkan untuk tetap memiliki fokus utama kerja daripada mengambil seluruh tanggung jawab secara sama besarnya.
c.       Komunikasikan kesanggupan kepada atasan atau tim kerja
Untuk setiap target kerja, bicarakan kesanggupan kita secara terbuka kepada si pemberi tugas, atasan atau rekan satu tim. Jika dirasa tidak realistis, negosiasikan deadline atau standar kualitas yang diminta, agar kualitas kerja keseluruhan tetap terjaga. Jangan takut terlihat tidak mampu, karena yang bisa mengukur kemampuan kita adalah kita sendiri.
d.       Buat target-target & jadual kerja jangka pendek
Selalu merasa kehabisan waktu ? Mungkin kita belum mengelola waktu dengan tepat. Buatlah target-target jangka pendek, dimana dari sini kita bisa menghitung beban harian, juga mengetahui realistis tidaknya suatu pekerjaan. Selain itu kita bisa mengantisipasi masalah yang mungkin muncul.
e.       Alokasikan beban kerja tertentu kepada orang lain
Jangan ragu mendelegasikan tugas yang kita tidak sanggup selesaikan sendiri, atau minimal berkoordinasi agar pekerjaan bisa selesai lebih efisien. Sedapat mungkin delegasikan tugas yang bisa memberikan manfaat atau nilai tambah bagi orang lain, dengan tetap memperhitungkan kapasitas orang tersebut. Akan lebih baik jika hal ini sudah kita antisipasi lebih awal pada saat membuat perencanaan, agar tidak membebani orang lain di tengah proses kerjanya.
f.        Gunakan waktu seoptimal mungkin
Walaupun sudah membuat rencana dan skala prioritas secara mendetil, kedisiplinan tetap menjadi faktor terpenting untuk menuntaskan suatu pekerjaan. Hindari menunda pengerjaan tugas, dan berusaha lebih cepat bertindak. Dengan makin beragamnya beban kerja, kita harus makin pandai menjaga atau meningkatkan motivasi kerja.
g.       Koordinasi intensif dengan rekan kerja
Komunikasi juga penting untuk menghindari situasi overlapping dalam menjalankan tugas yang bermacam-macam. Selain ditegaskan dalam komitmen di awal, koordinasi dan proses monitoring harus tetap berjalan agar tidak terjadi saling menyalahkan, karena bisa berakibat pekerjaan tidak terselesaikan pada waktunya. Selain itu, kondisi ini bisa berdampak pada iklim kerja kelompok.
h.       Minta feedback dari atasan & rekan kerja
Setelah kita berusaha menyelesaikan satu pekerjaan, mintalah masukan atau penilaian dari atasan atau rekan kerja terkait. Hal ini penting untuk mengetahui apakah kita sudah mendapat manfaat dari tugas-tugas tersebut, ? Apakah ada kemajuan dalam hal kinerja atau kompetensi diri ? Apakah yang masih harus kita perbaiki ? Intinya, selain untuk mendapatkan pengakuan, kita bisa menilai proses belajar selama ini dan mencermatinya sebagai antisipasi di waktu mendatang.
Perlu Berpikir dan Bertindak Secara Bijak
Seberapapun beban kerja yang kita miliki, kita harus bisa mengenali ambisi kita,  kemampuan dan kondisi yang menghambat maupun menunjang, sehingga pada akhirnya segala upaya yang kita lakukan bisa berhasil optimal. Ambisi yang besar harus diimbangi dengan kesadaran bahwa kita memang sanggup menjalankannya. Kesadaran di sini tentunya dengan memperhitungkan kemampuan kita sendiri, motivasi, faktor lingkungan, serta segala konsekuensi yang mungkin terjadi (baik positif maupun negatif).
Setelah memiliki sasaran yang sudah diperhitungkan secara realistis, barulah kita mengatur langkah pencapaiannya dengan program yang jelas. Setiap usaha yang kita canangkan seharusnya sudah diantisipasi dengan baik, sehingga bisa meminimalkan hambatan dan memudahkan kita tampil seoptimal mungkin.
Yang tidak kalah penting, menjaga motivasi yang penuh untuk mewujdukan setiap sasaran yang ada. Terkadang semangat kita muncul di awal namun mengendur di tengah tugas, terlebih jika situasi semakin sulit. Tetaplah berpikir secara tenang dan rasional, kembalikan kepada sasaran semula mengapa kita mau menjalankan semua ini. Evaluasi diri perlu dilakukan sejalan dengan proses kerja, dan bukan hanya di akhir. Dengan demikian kita akan tetap terbuka dan siap menghadapi kesulitan yang lebih besar.

Mengatasi Jenuh…

JenuhTentu pernah mendengar istilah ‘bored to death’, ‘kan? Meskipun terdengar sepele, namun rasa jenuh memang seringkali terasa bisa ‘membunuh’. Selain kerja menjadi tidak produktif, pengaruhnya pada tubuh juga buruk, sama halnya seperti saat Anda mengalami stress di tempat kerja. Belum lagi dampak emosional, seperti keinginan untuk ‘lari’ atau resign dari pekerjaan. Namun, jangan kuatir, Anda tidak sendirian. Siapa pun pernah mengalaminya. Rasa jenuh memang hampir tidak terelakkan dalam setiap pekerjaan. Tidak hanya pekerjaan rutin dan monoton yang bisa menyebabkan kejenuhan, misalnya seperti yang Anda alami saat ini setelah 15 tahun bekerja. Pekerjaan yang kurang menantang, tidak memberikan otonomi dan tanggung jawab yang berarti pun bisa memicu timbulnya jenuh.

Pada dasarnya otak manusia selalu membutuhkan stimulasi dan tantangan. Hal ini yang menjadikan kita bersemangat mengerjakan tugas baru, karena otak bekerja untuk mengatasi tantangan yang diberikan. Setelah kita menguasai tugas baru tersebut, antusiasme kita kerap turun, timbul rasa jenuh karena otak secara otomatis hanya tinggal mengulang saja. Karenanya, jadikan jenuh sebagai alarm/tanda untuk segera mencari stimulasi baru di pekerjaan, memancing kreativitas dan menggali kesempatan pengembangan diri Anda.
Berikut ini beberapa saran hal-hal yang dapat Anda perhatikan, dan dapat coba diterapkan untuk mengatasi Jenuh:
1.Temukan hal-hal yang baru terus menerus.
Bisa mulai dengan hal-hal sederhana seperti merubah lay-out meja kerja, mengganti penampilan dan gaya busana, atau meminta tugas-tugas atau tanggung jawab baru pada atasan. Bertemulah dengan orang-orang baru. Perbanyak senyum, dan berinteraksilah dengan orang-orang di sekitar Anda, baik atasan, rekan kerja maupun bawahan dengan cara dan semangat baru.
2.Terus belajar

Kita perlu memuaskan keinginan otak akan informasi baru dengan mempelajari hal-hal baru. Pelajari hal-hal baru dalam pekerjaan. Jika memungkinkan, ajukan permintaan untuk mengikuti pelatihan atau kursus. Belajar akan meningkatkan rasa percaya diri dan kesanggupan kita untuk melakukan tugas yang lebih menantang
3.Kreatif dan Proaktif
Cari ide-ide segar untuk memperindah pekerjaan Anda atau memberikan masukan untuk tim kerja. Buat juga target kerja yang jelas dan menantang, dan jika Anda berhasil mencapai target, beri ‘hadiah’ pada diri Anda sendiri. Selain itu, meskipun ada prosedur dalam bekerja, jangan lupa memberi ‘sentuhan pribadi’ dalam pekerjaan. Jangan menunggu dan merespons hanya saat mendapat penugasan dari atasan.
4.Alokasikan waktu untuk diri sendiri.
Hanya ‘hidup’ untuk pekerjaan akan mudah memicu kebosanan. Lakukan kegiatan yang Anda sukai sebelum berangkat kerja, seperti mendengarkan musik, berolahraga untuk menciptakan mood positif sebelum mulai bekerja. Jika perlu ambil liburan atau cuti untuk memanjakan diri sendiri.
Semoga berhasil memerangi jenuh dan kembali dapat menjalani kehidupan kerja dengan efektif dan bahagia!

Semangat...............

Teman saya, pemilik dua perusahaan besar, mengeluh dan mempertanyakan mengapa spirit di dua perusahaannya sangat berbeda. Perusahaan pertama usianya 12 tahun, sementara yang kedua tidak lebih dari 10 tahun. Perusahaan yang lebih ‘dewasa’ dan sudah berkembang baik, sulit dikatakan punya ‘spirit’ yang segar. Karyawannya pulang ‘teng-go’ (tepat jam 5 sore), bersikap hati-hati dan cenderung ‘cari aman’. Sementara, begitu memasuki perusahaan yang lebih ‘muda’, terasa dinamika dan semangat, seolah suasana yang kita alami ketika bergadang di ruang senat mahasiswa, mengerjakan proyek organisasi. Yang jelas, memasuki dua lingkungan kerja yang berbeda ini, “mood” kita langsung beda, padahal lokasinya di gedung yang sama, hanya berbeda lantai.

Kita lihat bahwa spirit ada di udara, mudah terasa dan tercium.Bagi sebagian orang, spirit tidak sulit diciptakan. Terkadang hanya perlu ‘dipancing’ dengan “gorengan” di sore hari atau kebersamaan saat lembur sampai pagi. Namun, di beberapa organisasi tertentu terasa bahwa spirit ini sulit dikembalikan, walaupun sudah “diangkat” dan “ditarik-tarik”.
Organisasi yang penuh birokrasi, misalnya, sering membuahkan karyawan yang terlalu berhati-hati, “cari selamat”, terlalu berhitung, takut berubah, hanya menunggu ide untuk berubah dari orang lain dan enggan mengeluarkan ide baru. Tidak ada dinamika, kewaspadaan dan kenikmatan untuk berinisiatif lagi. Bila kita terjebak berada dalam organisasi seperti ini, namun secara pribadi memiliki spirit yang kuat, kita tentunya bertanya-tanya, apakah saya nanti tidak aneh sendiri? Bukankah spirit itu bersumber dari suasana kerja tim? Akankah kita bisa mempertahankan spirit yang segar dari waktu ke waktu? Bagaimana menyuntikkan spirit ke dalam diri sendiri , bahkan sampai mempengaruhi organisasi?
Ingat Umur!
Bila kita sudah kehilangan spirit bekerja, ingatlah umur. Bayangkan profesional seperti Martha Tilaar, yang berusia 70 tahun, tetapi semangatnya serasa 30 tahun. Beliau mengisi kehidupan karirnya dengan “passion” dan urgensi. Berapa usia kita sekarang? Masih berapa tahunkah kita harus berproduksi? Bila sekarang saja semangat kita sudah kempis, bagaimana kita akan giat berkarya dalam tahun-tahun mendatang?
Hati-hati dengan “Menerima Apa Adanya”
Bayangkan sebuah rapat yang “garing”, tidak bersemangat, di mana kebanyakan orang tidak mempunyai persiapan materi yang menantang, hanya menjawab bila ditanya atasan, tidak mempunyai ide dan pasrah menjalankan kehidupan perusahaan apa adanya. Saat seseorang mengemukakan ide berbeda, semua pandangan menghujam padanya. Dan, si kreatif ini bisa-bisa kemudian meragukan idenya. Kita lihat bahwa sikap “menerima apa adanya” bisa mematikan spirit sehingga perlu juga diwaspadai dan diperangi.
Pandanglah ke Depan
Bukan saja entrepreneur seperti Henry Ford (Ford Motor Comp), Bill Gates (Microsoft Corp.), Larry Page dan Sergey Brin (Google) yang mempunyai kemampuan untuk memandang ke depan, kita pun bisa! Kita selalu bisa melakukan “benchmark” ke perusahaan yang mempunyai aspek yang bisa ditiru Kita pun selalu bisa mempunyai obsesi untuk meningkatkan produktivitas kita sebagai individu, kelompok atau bahkan perusahaan. Bacaan-bacaan mengenai “best practices” profesi dan perusahaan serupa tidak terbatas jumlahnya. Dari sini kita bisa menumbuhkan mood untuk maju, mentransfer dan merealisasikan ide dan berobsesi untuk lebih sukses.
Bertanyalah, “Bagaimana Caranya?”
Bisnis dan situasi negara kita sekarang membutuhkan produk baru, cara dan metode produksi, pasar baru, kecepatan, transfer kekuatan dan informasi. Bagaimana mungkin kita tinggal diam dan menunggu? Kita bisa mengaktifkan otak dan selalu mencari cara baru. Seberapa pun kecil peranan kita di perusahaan, bantulah untuk memikirkan “improvement”, karena hal ini pasti akan berguna bagi perusahaan, tim dan diri anda sendiri. Selain itu kekuatan spirit anda akan terasa oleh atasan. Dengan demikian kita secara tidak langsung membuat harapan baru bagi diri sendiri setiap saat dan terbiasa menanggulangi ancaman .
Kembangkan mindset “Memulai”
Menjadi orang yang pertama maju ke depan memimpin diskusi, memberi tanggapan atas email kolega, mengirimkan notulen rapat ke pelanggan yang baru dikunjungi, sama sekali tidak sulit! Dampaknya terhadap diri sendiri-lah yang lebih besar. Kita akan mendapatkan apresiasi orang lain, dipandang sebagai orang yang gesit . Bayangkan kalau kita selalu menjadi orang yang pertama menyapa “hallo” di setiap kontak dengan orang lain. Kita pasti akan menebar semangat. Dan, untuk diri sendiri, kita akan menumbuhkan semangat ekstra sebagai pemulai dan penyerang, tidak sekedar responsif.
Cintai Teknologi
Pemrosesan data, jaringan internet, telekomunikasi tidak pernah bisa kita hindari. Teknologi juga berkembang demikian pesat sehingga sulit diikuti. Rasanya baru beberapa tahun saja kita menikmati teknologi GPRS, CDMA. Sekarang, kalau tidak ber 3G-ria, rasanya kuno. Baru saja kita menikmati ”i-pod”, sekarang kita perlu bersiap siap memahami ”i-phone”. Bila kita sedikit berusaha untuk menyukai dan memperdalam teknologi, kita secara tidak langsung terpaksa mengadaptasi derap inovasi dan perubahan dari perkembangan teknologi.
Menjaga agar tetap ber-spirit ibarat menjalankan dinamika kehidupan seorang artis. Seorang artis tidak pernah berhenti memperhatikan, berpikir, mengembangkan ide, bereksperimen, mencari ide baru, antusias, bekerja tak kenal waktu dan berupaya menciptakan sesuatu yang unik dan baru. Jadilah orang yang senantiasa hidup dengan spirit. Hidup akan terasa lebih artistik.

Hakikat ” membaca “

Iqro’: Bacalah, demikian setiap insan diperintahkan. Pertanyaannya: membaca yang seperti apa? Rasanya bukan sekedar perintah membaca seperti membaca biasa, bukan?
Banyak sekali kenalan yang saya temui memberi komentar, masukan dan usul tentang tulisan saya. Ternyata banyak juga yang ‘membaca’ tulisan saya. Saya garis bawahi ‘membaca’ yang benar-benar ‘membaca’, karena ternyata kritik, masukan dan usulan berdatangan. Artinya membaca di sini diwarnai dengan daya pikir yang total, mengingat, menganalisa dan bahkan membayangkan implementasinyadi kehidupan sehari hari. Dari diskusi dengan para pembaca setia ini, hampir selalu timbul ide-ide untuk melahirkan materi tulisan baru yang menarik.

Dari pengalaman saya, sering sekali saya temui situasi di mana banyak komunikasi di perusahaan tidak lancar dan pengambilan keputusan juga tidak ‘all out’. Penyebabnya bukan karena laporan tidak dibuat, tetapi justru karena orang yang sebenarnya harus membaca secara seksama tidak membaca secara intensif. Berarti memang dalam kehidupan bekerja ada orang yang biasa membaca dan ada orang tidak biasa membaca. Tambahan lagi, bila kita perluas masalahnya, esensinya bukan sekedar membaca tulisan atau laporan saja, tetapi juga membaca situasi, keadaan, juga pasar. Kita pun tidak lepas dari keharusan membaca cuaca, signal, body language, dan emosi dalam interaksi dengan setiap orang yang kita temui.
Makna ‘iqro’ sangatlah mendalam. Dikemukakan bahwa membaca bukan sekedar mengambil bunyi dan arti harafiahnya tetapi juga membaca konteks, dampak, hubungan sebab akibat, serta gagasan yang terkandung di dalamnya. ‘Iqro’ berisi perintah untuk ‘membaca alam semesta termasuk juga diri kita sendiri’. “Bukankah semua di alam semesta ini adalah ‘kitab’ yang perlu kita baca?”.
Nah, tujuan membaca adalah untuk memahami isinya. Untuk memahami isi, kita harus mengerti gagasan (topik) dasar apa yang kita baca, sistematika penulisannya dan pesan yang dikirimkan. Jelas bukan bacaan saja yang penting, namun cara bacanya itulah yang menjadi kunci kesuksesan.
Sikap Intelek dalam Membaca
Teman saya adalah contoh orang yang ingin disebut sebagai maniak bacaan. Setiap mengunjungi toko buku, ia tidak ragu mengeluarkan berjuta-juta rupiah untuk membeli buku. Di samping bertanya-tanya kapan dia bisa melalap buku yang sekian banyaknya, saya pun terkadang heran dengan sikapnya. Ternyata, jarang sekali teman saya ini bisa menceriterakan kembali apa isi buku tertentu dengan runtut. Yang sering terdengar hanyalah komentarnya mengenai buku ini dan buku itu. Jadi sebenarnya saya tidak mengerti apa yang diserapnya dari buku-buku tersebut.
Harapan seseorang untuk menjadi orang ‘intelek’ memang sangat berkaitan dengan bacaan. Ada yang mengatakan ‘you are what you read’. Namun, bagaimana membacanya pun sangat menetukan kadar intelektualitas Anda. Ada orang yang membaca sambil berimajinasi, ada yang menggarisbawahi yang penting-penting, ada yang mengambil intisari, dan ada pula yang menyimpan beberapa detil. Seorang yang intelek perlu mampu membaca buku dan ‘konteks’ yang mengelilinginya. Terhadap sebuah tulisan kita perlu ‘hadir’, menyerap, menyimpulkan, mengulang, dan memperjelas.
Bacalah dengan Seksama
Karena kita toh sudah meluangkan waktu untuk membaca, alangkah sayangnya kalau kita tidak siap untuk menerima informasi, baik atau buruk kenyataannya. Untuk itu, dalam membaca orang perlu juga mempersiapkan ‘mind set’ untuk mencari dan berusaha berorientasi. Untuk itu, kita perlu mengorganisasikan dan mengosongkan pikiran, bahkan siap menyusun informasi yang masuk dan menatanya di dalam memori.
Bertanya sebelum Membaca
Bila dipikir-pikir lagi, rasa ingin tahu yang dipunyai setiap orang bisa dipenuhi dengan mengajukan pertanyaan. Jadi, bila kita membaca, dengan kesiapan mental untuk bertanya, misalnya: ”Apa sih yang ingin dikatakan penulis ini?”, atau “Kenapa sih tokoh dalam ceritera ini berkarakter aneh?”, maka pertanyaan-pertanyaan ini akan menggiring kita untuk konsentrasi mencari jawaban dalam tulisan yang tengah kita baca. Ini akan membuat membaca lebih asik, bahkan menyebabkan kita bisa ‘masuk’ dalam situasi dan alam pikiran penulis. Dengan demikian pemahaman yang kita peroleh akan lebih dalam.
Begitu banyak bacaan di lingkungan kerja kita, mulai dari informasi di papan media kantor, surat edaran direksi, laporan anak buah yang tidak mengatur font dan alinea, laporan yang lebih mirip cerpen ketimbang laporan, dan banyak lagi. Bayangkan bila kita tidak mempunyai kesiapan mental untuk benar-benar MEMBACA, betapa banyak fenomena yang lolos dari pengamatan kita?

Bagaimana menjadi super Manager ?

super managerDewasa ini mobilitas para karyawan semakin meningkat. Beberapa karyawan potensial dengan cepat dapat berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Hal ini tentu saja tidak menguntungkan bagi perusahaan yang ditinggalkan. Bayangkan betapa berat usaha yang harus anda lakukan jika anda harus terus menerus melakukan coaching bagi karyawan baru karena tingginya turn over di perusahaan anda. Apakah hal ini dapat disiasati?

Salah seorang rekan yang telah bekerja selama 2 tahun di sebuah perusahaan asing yang cukup besar akhirnya memutuskan untuk pindah. Ketika saya menanyakan alasannya, ia menjawab, “Sebenarnya aku suka pekerjaannya, kayaknya aku juga bisa berkembang di sana. Tapi aku nggak cocok sama manajerku, dia nggak pernah mau dengerin ide-ideku.” Apakah pernah terpikir bahwa hubungan baik dengan manajer sangat mempengaruhi retensi karyawan di perusahaan anda? Gallup Organization telah mensurvei 80.000 orang manajer yang cukup berhasil dan 1.000.000 orang karyawan di Amerika. Hasil survei ini menunjukkan bahwa hal yang paling diinginkan oleh seorang karyawan adalah seorang atasan yang baik!
“If your relationship with your manager is fractured, then no amount of in-chair massaging or company-sponsored dog walking will persuade you to stay and perform. It is better to work for a great manager in an old-fashioned company, than for a terrible manager in a company offering an enlightened, employee-focused culture.”
Jika hubungan dengan manajer tidak baik, maka tidak ada hal lain dari perusahaan tersebut yang dapat membuat anda tetap bekerja dan berprestasi di sana. Lebih baik bekerja dengan manajer yang baik pada sebuah perusahaan “tradisional” daripada bekerja dengan manajer yang buruk, meskipun perusahaan tersebut menawarkan budaya yang menghargai karyawannya.
Dari hasil survei ini, jelaslah bahwa manajer memegang peran penting dalam mempertahankan keberadaan seorang karyawan dalam sebuah perusahaan. Apa yang dapat dilakukan para manajer untuk meningkatkan “kesetiaan” karyawan pada perusahaan?
1. Pilih karyawan berdasarkan bakat yang dimilikinya, bukan hanya berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan yang saat ini dimilikinya. Seorang karyawan yang berbakat akan dapat mempelajari ketrampilan-ketrampilan teknis yang dibutuhkan dan bakat yang dimilikinya akan mendorongnya pada unjuk kerja yang lebih excellence. Mungkin hal ini akan mendapat tantangan karena selama ini para rekruter cenderung untuk memilihkan anda karyawan baru yang “sudah berpengalaman”, karena itu anda harus berani tampil beda! Rekrutlah karyawan karena potensi yang dimilikinya berdasarkan bagaimana mereka menggunakan potensi tersebut pada masa lalu.
2. Tentukan hasil yang ingin dicapai, bukan cara untuk mencapainya. Anda telah merekrut orang-orang yang cerdas, berikan kesempatan bagi mereka untuk menunjukkan kemampuannya.
3. Motivasi para karyawan dengan mengembangkan kekuatan dan mengelola kelemahan yang mereka miliki. Jika anda berusaha untuk mengubah mereka maka anda hanya akan menghabiskan waktu dan energi yang sangat berharga untuk hasil yang sudah bisa diramalkan. Bantulah para karyawan untuk menjadi diri mereka sendiri dengan lebih baik, bukan membentuk mereka menjadi sebuah pribadi baru.
4. Kembangkan karyawan anda dengan membantu mereka menemukan kecocokan antara potensi yang mereka miliki dengan tanggung jawab pekerjaan yang dipercayakan pada mereka. Doronglah mereka untuk menghitung dan menganalisa hasil pekerjaan mereka setiap minggu (bukan hanya berdasarkan performance appraisal yang dilaksanakan sekali setahun). Dari hasil analisa ini, lihatlah area-area mana saja yang pada umumnya dapat dikerjakan oleh sang karyawan dengan baik. Berilah kesempatan dan tanggung jawab lebih besar pada area tersebut. Bantu mereka untuk berkembang dengan memberikan pelatihan, mengikutsertakan dalam organisasi-organisasi profesi dan bentuk kegiatan-kegiatan lain yang dapat meningkatkan kemampuan mereka.
5. Jadilah manajer sekaligus sahabat bagi karyawan anda, dan perlakukan setiap orang secara unik sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Bagaimana, sudah siapkah anda untuk tampil beda?

Recent Posts

comments powered by Disqus