Antara JIHAD dan KAIZEN

 VS 
Ada sebuah keraguan pada awalnya untuk menuliskan hal ini. Tentu saja melihat sisi keilmuwan yang saya miliki, bukanlah kapasitas saya untuk menuliskan hal yang sedikit sensitif ini kepada publik. Namun, dibelakang keraguan tersebut, tiba-tiba terdengar suara dari kejauhan sana, namun begitu jelas mendesir, “sampaikanlah dariku walaupun satu ayat”. Dan byar…! Keraguan itu pun sirna, dengan terus mengalirnya jariku memaparkan kata demi kata tentang bangunan tertinggi Islam, yaitu JIHAD (tentunya sebatas pengetahuan yang saya miliki). Mudah-mudahan pembaca yang lebih faham bisa meluruskan, atau setidaknya ada yang mencantumkan link sebagai bahan bacaan dan renungan bagi saya.
Tulisan ini pula, sekaligus sebagai penggugur kewajiban (pemenuhan hak kepada sesama muslim) atas sebuah permintaan yang masuk ke email pribadi saya dari seorang teman di dunia maya sana perihal tanggapan saya terhadap ulasan salah satu sahabat maya kami yang mengulas tentang jihad.

Kata JIHAD, mungkin saat ini adalah kata yang paling ditakuti di seantero jagat ini. (Jika kita googling kata jihad, maka hasil yang ditunjukkan adalah gambar pedang, darah, kematian, bom, dll). Bahkan umat yang menjadi pemilik kata ini, seakan harus menanggung malu menutup muka, dan menelan pahitnya stempel, “biang TERORIS”, terlebih lagi hilangnya kebanggaan menjadi seorang Muslim. Tak sedikit umat pun yang menjauh dari kata-kata Jihad, “Oh.. maaf… kami tidak punya ikatan dengan jihad, kami hanyalah da’i yang memberi kabar gembira, menyeru dengan cara bijaksana, dan berdialog dengan cara yang baik”. Mereka seakan jijik menyandang dan mengakui Jihad sebagai bagian dari bangunan Islam.
Namun jika kita tilik kembali makna dan esensi dari kata jihad itu sendiri, maka kita akan mendapati kata,Jahd yang berarti usaha (dalam bahasa Arab dikenal kata ikhtiar yang berarti mencari alternatif yang terbaik),Juhd berarti kekuatan yang secara luas memberikan makna sebagai suatu sikap yang bersungguh-sungguh dalam berikhtiar dengan mengerahkan seluruh potensi diri untuk mencapai suatu tujuan. Seakar dengan kata Jihad, kita pula mengenal kata ijtihad dan mujahadah.
Ijtihad secara sederhana diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dengan mengerahkan potensi akal. Danmujahaddah dalam arti yang sederhana pula adalah kesungguhan untuk menyelami makna cinta atau mengerahkan potensi spiritual. Jadi jelas, bahwa Jihad bukanlah sebatas “perang fisik” belaka, akan tetapi sebuah kesungguhan yang disertai pengerahan segala potensi yang dimilikinya untuk mencapai tujuan dan hidup yang lebih baik. Mencapai derajat manusia yang rahmatan lil ‘alamin. (menjadi rahmat bagi semesta alam).
Mari kita tinggalkan dahulu sang jihad yang tengah terkucil ini, kita berlayar sejenak ke sebuah negeri yang dulu dua kota besarnya porak poranda, luluh lantak dengan tanah, diberangus reaksi berantai hantaman nuklir, namun ajaibnya dalam waktu 10 tahun negeri itu dapat bangkit dan memperbaiki inprastrukturnya, dan bahkan saat ini tengah “menjajah” bangsa-bangsa lain. Bukan menjajah secara militer, tapi kali ini secara ekonomi dan teknologi. Ya.. siapa lagi kalau bukan Jepang. Dimana-mana, kita melihat produk mereka, TOYOTA, NISSAN, DAIHATSU, HONDA, BRIDGESTONE, MITSUBISHI, SONY, dan puluhan merek-merek lainnya.
Menyimak sejarah kebangkitan negeri sakura ini, kita akan mendapati seorang tokoh yang bernama Masaaki Imai. Seorang tokoh yang mempelopori munculnya sebuah semangat yang diberinya nama : KAIZEN. Menuliskan kata-kata ini membuat bulu kuduk saya merinding. Sebuah kata magis yang telah mengubah seluruh peradaban Jepang, mengubah negara tandus dan sempit tanah pijakannya ini, menjadi gunung emas yang tiap jengkalnya teramat berharga.
Lalu apakah makna kata Kaizen itu sendiri? Ternyata kata ini adalah sebuah evolusi yang lahir dari katabushido serta makoto yang artinya adalah bersungguh-sungguh sampai cita-citanya tercapai. Para samurai Jepang, bahkan rela melakukan hara-kiri (bunuh diri dengan merobek perutnya dengan sebilah pedang) bila tugas yang diembankan kepadanya tidak terlaksana.
Masaaki Imai menulis, “Engineers at Japanese plants are often warned, ‘There will be no progress if you keep on doing things exactly the same way’” (para insinyur di Jepang sering diingatkan akan sebuah slogan, ‘Tidak akan pernah ada kemajuan jika kita mengerjakan sesuatu dengan cara yang sama dari waktu ke waktu). Semangat inilah yang telah menjadi bara api bagi masyarakat Jepang, sebuah kata ajaib yang terus menggelorakan semangat kesungguhan untuk mencapai perbaikan dari waktu ke waktu.
Tak salah dan tak usah heran, bila kini dunia mengelu-elukan kaizen. Meng-copy paste semangat ini. Seminar-seminar banyak digelar, membahas penerapan Kaizen dalam bisnis. Ups.. tunggu sebentar, kita lupa dengan rekan kita yang satu lagi, dimanakah Jihad sekarang? O… itu dia, berada di pojok ruangan, diam menyendiri dalam kegelapan, tak ada yang memperdulikan. Lagi-lagi kita pun mulai tertawa nyinyir, melihat kondisi yang sungguh ironis ini, dua kata yang semakna namun mendapat perlakukan yang berbeda dari dunia. Jihad si setan jahat, Kaizen sang malaikat penyelamat. Huh.. sungguh tidak adil.
Ya.. beginilah nasib “Jihad”, terkucil karena ulah media, tersingkir akibat tangan-tangan durjana. Senasib dengan si “jenggot” yang menjadi tanda kehinaan ketika seorang muslim yang menumbuhkannya, namun menjadi tanda keagungan dan simbol progresif kala Che Guevara yang memeliharanya. Atapun nasib tragis, nona “kerudung” yang dinilai indah dan anggun ketika menghiasi seorang pujaan seperti Maria, namun sepotong kain yang sama menimbulkan reaksi negatif manakala seorang muslimah yang mengenakannya.
Wahai Jihad, ku ulurkan tanganku, akan ku dekap engkau dalam relung batinku. Biarkanlah kau menyatu sampai ke tulang-tulang sumsumku. Biarlah dunia berkata apa tentangmu, namun aku bangga menjadi muslim. Biarlah dunia berkata apa tentangmu, toh aku tetap bangga mengusung kata Jihad ini. Dan kebanggaan itu, tentu (dengan izin-Nya) akan aku buktikan dengan karya nyataku di dunia ini. insyaAllah.
Maka saksikanlah jihadku wahai dunia!
Jihadku dalam bermasyarakat adalah menjadi warga yang TERBAIK akhlaqnya. Jihadku dalam pekerjaan adalah menjadi pekerja yang TERBAIK kualitasnya. Jihadku dalam belajar adalah menjadi pelajar yang TERBAIKkesungguhannya. Jihadku dalam berkeluarga adalah menjadi kepala rumah tangga yang TERBAIKkepemimpinannya. Jihadku dalam menjadi blogger adalah menjadi blogger yang TERBAIK manfaatnya. Dan semua ini adalah ladang jihad yang Allah tunjukkan untukku. Mudah-mudahan Allah meridhai, dan semoga Engkau mematikanku dalam keadaan berjihad, sehingga aku tergolong syuhada-Mu.
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (QS. Al-Hajj, 22:78 )
(Afwan jiddan, mohon koreksiannya untuk kalimat-kalimat yang menyimpang).
Wallahu ‘alam bishawab.
Dirangkum dari beberapa sumber :
Al-Quran nul Karim
Agar umat tak terlindas zaman, Murad W. Hoffman
Membudayakan Etos kerja Islami, K.H. Toto Tasmara
Konsep pemikiran gerakan ikhwanul muslimin, (judul asli : Nazharat fi risalatut-Ta’alim karangan : Muhammad Abdullah al-khatib, Muhammad halim hamid)
Sumber : http://insansains.wordpress.com/2008/05/14/antara-jihad-dan-kaizen/#more-122

Recent Posts

comments powered by Disqus