KESEMBUHAN DENGAN PUASA AIR: Bertahan Hidup Tak Disengaja

Pada artikel TERAPI MATA disinggung secara singkat peran penting puasa air dalam proses pemulihan mata minus sebagaimana yang dilakukan oleh Harry Benjamin, yang hampir buta akibat mata minusnya yang ekstrim. Puasa air di sini artinya “tidak makan apa-apa selain minum air saja selama beberapa hari”. Dalam artikel tersebut Sdr. Boy_Koclok bertanya-tanya, bukankah dengan hanya minum air saja tidak makan apa-apa selama beberapa hari mengakibatkan tidak ada suplai gizi untuk tubuh yang tentunya malahan membuat sakit dan bisa-bisa mati! Saya sendiri pada mulanya berpikir seperti itu. Namun semuanya berubah setelah Ngkong Google memberikan penjelasan yang melimpah-ruah tentang puasa air tersebut.

Namun, penjelasan yang paling bagus untuk ini adalah testimoni, yakni kisah kesembuhan yang dialami oleh orang-orang yang pernah menerapkannya. Oke, langsung saja dibaca salah satu kisahnya yang menghebohkan.
Di antaranya pengalaman puasa yg sukses dan tak disangka yang dilakukan oleh Henry Tanner, M.D., yang benar-benar mengesankan.

Pada tahun 1877, Dr. Tanner adalah seorang dokter berusia paruh baya yang disegani dan tinggal di Duluth, Minnesota, AS. Ia telah menderita reumatisme selama bertahun-tahun dan telah berkonsultasi dengan tujuh teman seprofesinya, yang kesemuanya beranggapan
kondisinya “tak ada harapan.” Beliau juga menderita asma, yang secara kronis mengganggu tidurnya. Ia menghabiskan waktu jaganya dengan rasa sakit yang konstan.
Tanner telah diajari di sekolah medis bahwa manusia dapat hidup cuma sepuluh hari tanpa makanan, maka dengan pengetahuan ini ia menemukan ide. Karena ia tak percaya dengan bunuh diri, ia memutuskan untuk sekadar melaparkan diri hingga mati. Sebagaimana yang ia nyatakan di kemudian hari, “Bagiku hidup dengan kondisi ini tidak ada harganya… dan aku menetapkan pikiranku untuk beristirahat dari penderitaan fisik dalam dekapan kematian.” Demikianlah, ia me
lakukan puasa tidak makan apa-apa hanya minum air saja, menunggu datangnya sang pencabut nyawa. Namun takdir mempunyai sebuah kejutan yang menyenangkan bagi Dr. Tanner: Muncullah sejumlah respons yang mengarah pada pemulihan berkaitan dengan puasa hanya dengan air, ia pulih dengan cepat.
Pada puasa hari kelima, ia mulai bisa tidur dengan lebih nyaman. Pada hari kesebelas, ia melaporkan merasa “sama sehatnya dengan masa mudaku.” (ia mengira bahwa kondisi tersebut adalah tanda-tanda mendekati kematian) Berharap penuh bahwa ini saatnya ia menjelang ajal, ia bertanya kepada seorang dokter sejawat, Dr. Moyer, untuk memeriksanya. Tidak mengejutkan kalau Dr. Moyer takjub.
Seingat Tanner, Moyer berkata padanya, “Kamu seharusnya berada di pintu kematian, namun kamu
justru kelihatan lebih baik daripada yang pernah kulihat sebelumnya.” Henry Tanner meneruskan berpuasa, di bawah pengawasan Dr. Moyer, selama 31 hari tambahan, total 42 hari secara keseluruhan.
Ketika rekan-rekan dokter mendengar kisahnya, yang sensasional di pers, mereka merespon dengan ketidak percayaan dan kritikan keras. Walau secara luas dicaci sebagai seorang penipu, Tanner setidaknya orang yang tertawa paling akhir. Setelah puasanya, Tanner tidak lagi memiliki gejala-gejal
a asma, reumatisme, atau rasa sakit kronis sepanjang hidupnya hingga ia wafat pada usia sembilan puluh.

Recent Posts

comments powered by Disqus