Minta maaf ala*Jepang


Biasanya kita langsung meminta maaf, dan menyebutkan alasannya. Ini cara yang barangkali dipakai oleh hampir semua penduduk bumi. Tapi saya yakin lain negara, lain pula budayanya. Demikian pula budaya minta maaf yang unik di Jepang.

Gaya meminta maaf di Jepang berbeda tergantung besarnya kesalahan. Jika cuma menyenggol, biasanya hanya dengan mengucapkan `sumimasen(=maaf)` atau `gomen nasai` (maaf) sambil mengangguk. Antar teman jika lalai dalam berjanji, cukup mengucapkan : `gomen ne, osoku natta` (maaf ye, telat). Salah dalam membaca nama orang, biasanya dengan mengucapkan : `shitsurei itashimashita`(=maaf, saya lancang). Jika kesalahannya dalam bentuk pelayanan yang tidak memuaskan, biasanya orang Jepang akan mengucapkan : `moushiwake gozaimasen`(=maaf, yang sedalam-dalamnya) sambil membungkuk. Lalu jika kesalahannya sampai menimbulkan korban jiwa, sakit, cacat, atau yang parah lainnya, apalagi kalau penyebabnya adalah perusahaan, maka seluruh jejeran manajer mengadakan siaran pers, lalu menjelaskan penyesalan yang biasanya disertai linangan air mata, yang kemudian diakhiri dengan ucapan : `moushiwake gozaimasen` sambil membungkuk 90 derajat dan lama (5 menit kali).

Beberapa hari yang lalu saya dipanggil ke kantor fakultas karena ada sepucuk surat di mail box saya dari sebuah lembaga wanita pengusaha bergengsi, Soroptimist wilayah Chubu area. Isi surat itu adalah `toshokan ka-do`, yaitu voucher pembelian buku di seluruh Jepang, sebesar 5000 yen. Mengapa mereka memberikan ini ? Ternyata sebagai `owabi` atau bentuk permintaan maaf.

Beberapa saat yang lalu saya menerima pemberitahuan dari Internationl Student Advisor-nya Nagoya University yang menjelaskan saya diminta hadir dalam seminar tentang wanita di Shizuoka Prefecture yang diselenggarakan oleh Soroptimist Chubu. Kegiatannya akan berlangsung bulan Juli mendatang, dan saya menyanggupinya. Entah apa alasan penunjukkan ini, tapi dalam emailnya disebutkan bahwa saya pernah melamar beasiswa kepada lembaga ini tapi gagal (>_<). Atau barangkali mereka membaca curriculum vitae yang saya submit yang di dalamnya menjelaskan kegiatan sosial dengan Ibu-Ibu pengajian yang saya tekuni sejak tahun 1997 dan beberapa kegiatan kemasyarakatan lainnya barangkali. Entahlah.

Yang pasti saya mengetahui lagi salah satu cara meminta maaf yang unik di Jepang (^_^).

Meminta maaf terkadang merupakan pekerjaan yang berat-berat susah, terutama jika harus dilakukan oleh pihak yang lebih berkuasa, lebih tua, lebih dalam segala hal. Jarang sekali pemerintah meminta maaf kepada rakyat. Ayah susah sekali mengatakan maaf kepada anak. Guru ogah banget mengucapkan maaf kepada siswanya, apalagi dosen ! (^_~)

Yang lebih susah lagi tentu saja memafkan. Jika sudah makan korban, maka kalimat `saya terima maafmu` atau `ah, tidak apa-apa`, sangat susah terucap. Biasanya malah berkumpul di kepala rencana balas dendam. Islam melaui Rasulnya yang mulia telah mengajarkan perlunya meminta maaf dan menerima maaf. Banyak ayat dan hadits yang menguraikan ini. Mungkin tidak hanya Islam, tapi semua ajaran tentunya mengajarkan nilai2 ini.
Meminta maaf dan menerima maaf adalah sikap yang memerlukan proses. Ketika berbuat salah kepada orang lain, tidak semua orang secara spontan mengucapkan `maaf`, karena mungkin dia masih berfikir bahwa itu bukan salahnya. Padahal meminta maaf sekalipun memang bukan salah kita, bisa memadamkan api pertikaian. Menerima maaf, mendadak setelah kejadian yang menyakitkan, biasanya sangat susah, karena masih perih akibatnya. Tapi waktu yang akan membuat semuanya menjadi lumer. Sayangnya banyak yang tidak mau berfikir panjang dan dalam, betapa nikmatnya memaafkan, padahal Allah sudah memberi waktu yang lama untuk hidup dan merenungi.
Saya tidak gondok dengan pembatalan seminar itu, juga tidak mengharapkan apapun sebagai ucapan permintaan maaf, tapi saya bisa memahami betapa malu dan merasa bersalahnya pihak penyelenggara atas undangan yang dibatalkan tersebut.

“Kesalahan itu harus ditutupi dengan kebaikan. Dosa harus ditembus dengan amal sholih”. Saya memahami makna pesan mulia ini dengan baik sekarang. Alhamdulillah.

Recent Posts

comments powered by Disqus