Motivasi Berprestasi; Jawaban untuk kemajuan Indonesia?

Pernah suatu ketika saya ditanya salah satu kawan, begini pertanyaannya “Menurutmu bagaimana bangsa ini bisa maju, masyarakatnya bisa makmur dan sejahtera?”, saya pun menjawab dengan pede, “Tentu saja dengan membangun perekonomian secara mandiri tidak terombang-ambing oleh intervensi asing, karena kuatnya pengaruh asing di negeri kita berdampak buruk pada masyarakat kita. Asing hanya akan mengeruk kekayaan negeri ini tanpa memikirkan nasib bangsa Indonesia. Kalau saja perekonomian,,,,,” “Eits, stop,,,!” belum sempat melanjutkan argumen, teman saya mengcut dan berkata “Lho aku khan nggak nanya urusan ekonomi? Yang aku tanyakan, bisa nggak Ilmu Psikologi menjelaskan keterpurukan serta cara memajukan bangsa ini?. Aku nggak ada urusan dengan IMF, WB, negara-negara donor, investor asing!”. Sambil tersenyum, aku kaget dengan pertanyaan tersebut. Penjelasan lewat ilmu psikologi,,, hemm,,, sambil berfikir sejenak, saya bilang “Ada!! sebuah penjelasan kondisi bangsa ini ditinjau dari perspektif psikologi”. Saya kemudian menjawab pertanyaan teman saya. Nah, jawaban itu saya tuangkan lewat artikel psikologi dengan judul Motivasi Berprestasi; Jawaban untuk Kemajuan Indonesia.:)
Pada tahun 1961, Gurubesar psikologi di Harvard University bernama David C. McClelland menulis tentang sebuah artikel berjudul ‘Dorongan Hati Menuju Modernisasi’ dimana merupakan salah satu inti dari buku yang populer dengan judul The Achieving Society. Tulisan tersebut merupakan salah satu dari beberapa pemikiran para sarjana Amerika dalam menghadapi tantangan terbesar di awal abad ke 19 yakni ‘Depresi’ ekonomi pada dekade 1920-1930an. Artikel yang ditulis David C. McClelland tersebut juga bertujuan sebagai panduan sebuah negara menuju modernisasi.
Pertanyaan mendasar dari buku maupun artikel tersebut adalah “Mengapa ada sejumlah bangsa yang mengalami kemajuan pesat dalam bidang sosial dan ekonomi, sementara ada yang merosot atau mandek?”. Pertanyaan tersebut dirumuskan kira-kira sebagau berikut; “Mengapa bangsa Romawi pada abad ke-4 SM, yang berkali-kali dikalahkan oleh orang-orang Kartago, tetap tekun mencari uang untuk membangun armada-armada baru hingga akhirnya mereka menang juga?”, “Mengapa Amerika Utara bekas diaman Inggris lebih berkembang pesat daripada bagian lainnya yang didiami oleh bangsa Spanyol, padahal bidang tanah yang lebih kaya terdapat di luar Amerika Utara”, “Mengapa Jepang terlebih dahulu berkembang pesat pada abad ke 19 sedangkan Cina baru-baru saja?” atau yang lebih mengena “Mengapa Malaysia, Singapura dianggap lebih maju atau menyalip Indonesia, padahal ditinjau dari Sumberdaya baik alam maupun manusia lebih unggul daripada mereka, apalagi Indonesia terlebih dahulu merdeka?”. Perbandingan-perbandingan serupa serupa dapat ditemukan dibeberapa bangsa, tetapi persoalannya tetap sama, yakni ‘Dorongan (impuls) apa yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan ekonomi dan modernisasi?’. Disinilah peran Psikologi sebagai ilmu dan perspektif.
Para psikolog / ahli psikologi telah berhasil memberi sumbangan yang luar biasa dalam kemajuan ekonomi dunia saat itu. Pada waktu mereka meneliti sejenis “virus mental”, yaitu suatu cara berpikir tertentu yang terjadi pada diri seseorang, yang menyebabkan orang itu bertingkah laku dengan giat. Virus mental tersebut diberi nama n Ach (singkatan dari need for achievementkebutuhan untuk berprestasi). Virus n Ach ditemukan pada orang yang melakukan sesuatu dengan lebih baik dari yang pernah ia perbuat sebelumnya. Sesuatu tersebut dapat dikatakan lebih efisien, lebih cepat, efektif. nAch merupakan kebutuhan untuk mencapai sukses, yang diukur berdasrkan standart kesempurnaan dalam diri seseorang. Kebutuhan ini, berhubungan erat dengan pekerjaan, dan mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai sukses. Apabila individu tesebut tingkah lakunya didorong oleh n Ach, maka tingkah lakunya akan nampak ciri- ciri sebagai berikut; 1) berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru dan kreatif, mencari feed back (umpan balik) tentang perbuatannya, 2) memilih resiko yang moderat (sedang) di dalam perbuatanya karena dengan memilih resiko yang sedang berarti masih ada peluang untuk berprestasi yang lebih tinggi, 3) mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatan-perbuatannya.
Kebutuhan berprestasi (n Ach / Need Achievement) digambarkan sebagai hasrat untuk mengerjakan sesuatu, melakukan sebuah pekerjaan yang baik, dan menjadi yang terbaik dari kebanyakan orang. Seseorang dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi akan mendapatkan kepuasan dalam bekerja dan termotivasi untuk menjadi yang terbaik dalam mengerjakan apapun. Bingung??:)saya akan memberikan contoh untuk kemudahan memahami virus n Ach / need for achievement / kebutuhan berprestasi. Bukan contoh sich,,, tapi hasil penelitian tentang virus mental tersebut. Sejumlah orang diminta bercerita untuk melihat pikiran-pikiran spontan mereka; si A bercerita mengenai “dirinya adalah seorang perjaka yang sedang belajar untuk sebuah ujian, ia belajar hingga larut malam tetapi sulit memusatkan pikirannya karena selalu teringat akan pacarnya”. Si B bercerita mengenai, “dirinya adalah seorang pemuda yang tekun berusaha mendapatkan angka yang baik untuk suatu ujian karena ia ingin memasuki sekolah kejuruan. Ia belajar hingga larut malam khawatir kalau kurang berhasil”. Hasilnya? Si B lebih berprestasi daripada si A. karena si B memiliki pikiran-pikiran yang ber- n Ach lebih banyak daripada si A. Si B dinyatakan lebih banyak dijangkiti virus n Ach.
“Lantas bagaimana kamu menjelaskan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dengan virus n Ach atau need for achievement atau kebutuhan berprestasi?” begitu tanya kawanku tadi. Hubungan antara virus mental ini dengan pertumbuhan ekonomi baru menjadi jelas apabila kita membuka kesusteraan populer dalam jangka waktu yang cukup lama dikodifikasikan untuk menemukan n Ach – nya. Karena artikel ini saya rasa cukup panjang dan saya yakin akan timbul kebosanan bagi pembaca. Nah, pertanyaan teman saya tersebut akan saya jawab di artikel berikutnya,,,  :)  Trims uda meluangkan waktu untuk membaca artikel psikologi yang berjudul Motivasi Berprestasi; jawaban untuk kemajuan Indonesia?, nantikan lanjutan artikel tersebut dengan judul Sebuah Cerita lama tentang Motivasi Berprestasi.

Recent Posts

comments powered by Disqus