Stress? Belailah Kucing!

Lagi Asyik browsing.. eh nemu artikel psikologi menarik di e-psikologi. Klo lg stress….. disuruh belai kucing? eh yang benar aza… Ok untuk lebih jelasnya silahkan baca sendiri tulisan karya RR. Ardiningtiyas Pitaloka, M.Psi.
————————————————————————————
Bagi penyayang kucing, kalimat diatas mungkin sudah tidak terlalu asing. Namun bagi yang tidak pernah memiliki atau terpaksa menjauhi kucing karena alergi terhadap bulunya, mungkin meragukan dan menganggap judul diatas hanya mitos atau sugesti belaka. Selain kucing, anjing atau binatang berbulu lain, masih banyak binatang peliharaan yang diyakini dapat menjadi obat stress seperti burung atau ikan. Ikan! Siapa yang tak pernah mendengar Lou-Han, si jidat menonjol dengan warna menyolok yang sedang menjadi primadona? Meskipun harganya mahal, sebagian masyarakat Indonesia tidak kehabisan akal untuk mengkoleksinya, termasuk mengalah memilih yang lokal biar sedikit “miring” harganya. Perkutut pun masih menjadi idola sebagian penyayang burung dengan suaranya yang indah, sekali lagi menghilangkan stress!
Stress dapat terjadi dalam berbagai kondisi dan situasi, demikian juga pelaku atau individu yang mengalami stress ini. Pelaku stress pun tidak hanya pada seseorang namun juga secara kolektif seperti masyarakat. Hal itu disebabkan karena sumber stress dapat berasal dari apa pun, tergantung dari persepsi penerima.
Stres
Salah satu pendekatan untuk mengenal stress adalah pendekatan psikologik. Pendekatan psikologik menggambarkan bagaimana cara seseorang mempersepsikan suatu peristiwa atau kondisi, berperan dalam menentukan stress. Hal inilah yang dikenal dengan “Model Penilaian” atau “Penafsiran Stres”.
Stress dirumuskan sebagai suatu keadaan psikologik yang merupakan representasi dari transaksi khas dan problematik antara seseorang dan lingkungannya. Selye mengungkapkan adanya “stressor” yang merupakan unsur lingkungan dari stress (1950). Sedangkan hakekat sumber stress dalam pendekatan psikologik adalah semua kondisi atau situasi yang ada dalam kehidupan kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut dapat ditarik kesimpulan bahwa stress merupakan kondisi yang timbul saat seseorang berinteraksi dan dan bertransaksi dengan situasi-situasi yang dihadapinya dengan cara-cara tertentu.
Reaksi stress yang muncul mengikuti stress yang dihadapi dapat berupa reaksi fisik, psikologis dan tingkah laku. Stress juga dapat berlangsung dalam jangka waktu pendek atau berkepanjangan. Bila pendek, biasanya tidak menjadi masalah besar namun bila panjang dan tidak dapat dikendalikan maka dapat memunculkan efek-efek negatif seperti depresi, sakit jantung, nafas sesak dan lain sebagainya.
Stress yang berakibat negatif dipersepsikan sebagai sesuatu yang merugikan atau menyakitkan dan disebut dengan distress, sedangkan stress yang menghasilkan perasaan menyenangkan, menantang, meningkatkan gairah dan prestasi serta meningkatkan produktivitas disebut dengan uestress (Selye, 1982).
Dalam menanggulangi stress, upaya yang harus dilakukan tidak hanya sebatas mengatasi stress saja, namun tersirat juga usaha menyesuaikan dan mengadaptasi secara efektif terhadap tuntutan-tuntutan yang dihadapi.
Teman Sejati
Karen Allen, seorang peneliti dan guru besar Universitas New York di Buffalo, mengatakan: “Kami menangkap bahwa orang memandang binatang peliharaannya sebagai sumber yang berharga dan penting dalam dukungan sosial.” Menurut studi terbarunya, dalam kondisi stress mungkin seseorang lebih baik bersama binatang kesayangan daripada teman bahkan pasangan. Dalam studi sebelumnya ditemukan pula bahwa seseorang yang memiliki binatang peliharaan, ternyata terdapat tingkat stress yang rendah, bahkan menurunkan angka rata-rata kematian serangan jantung.
Allen mengemukakan, kehadiran binatang kesayangan meringankan efek stressor pada detak jantung, tekanan darah dan mempercepat pemulihan ke tingkat mendasar. Binatang peliharaan juga membantu menurunkan ke level garis dasar pemiliknya pada kenaikan kardiovaskular serta meningkatkan kemungkinan pemilik binatang menganggap stressor sebagai sesuatu yang “menantang” daripada “mengancam”.
Lalu bagaimana hal itu bisa terjadi, apakah memang karena sugesti dan kepercayaan yang telah berkembang di masyarakat, atau ada hal lain? Binatang kesayangan menurunkan tingkat stress dengan menghadirkan “nonjudgmental companionship”,dukungan yang sulit dilakukan oleh seorang sahabat atau bahkan pasangan. “Sebesar apapun kita meyakini seseorang berada pada posisi kita, selalu ada penilaian atau evaluasi,” kata Allen (Benson,2002).
Cobalah
Penelitian Allen telah membuktikan dan menguak misteri keistimewaan binatang kesayangan. Sahabat yang hadir tanpa menghakimi! Tentu saja, karena ia bukanlah manusia, walaupun dapat memberikan respon bila kita mengelus atau menyayanginya. Perawatan yang baik membuat sesorang merasa memiliki, dan binatang peliharaanpun menjadi “mengenal tuannya” sehingga terjadilah persahabatan antar keduanya. Namun demikian hal tersebut bukanlah berarti teman “manusia” tidak penting lagi. Adakalanya, seseorang membutuhkan diskusi atau umpan balik dari kegundahan hati, namun ada saatnya seseorang hanya ingin didengar, hanya butuh ‘tempat sampah’ untuk membuang semua yang menyesakkan dada. Nah saat inilah binatang kesayangan mungkin bisa membantu. Dengan sentuhan jemari anda ke bulunya yang lembut, liukan mereka saat bermanja di pangkuan, atau lonjakan tubuhnya mengejar bola bisa membuat Anda tertawa lepas, hingga mengendurkan otot-otot yang tegang dan melupakan persoalan hidup yang sedang menghimpit.
Binatang peliharaan bisa saja ikan, burung, kucing, anjing, kelinci, atau iguana, terserah pada selera dan juga kemampuan finansial anda, yang penting diketahui kini adalah mereka akan menjadi sahabat yang meredakan stress dan membuat Anda melihat stressor sebagai tantangan hidup, bukan ancaman. Selamat mencoba!(jp)
————————————–
Sumber:
Soeswondo, Soesmalijah. 1993. Stress Kerja Dalam Era Pembangunan: Pidato
pengukuhan diucapkan pada upacara penerimaan jabatan sebagai guru besar tetap psikologi pada fakultas psikologi Universitas Indonesia di Depok.
Benson, Etienne. 2002. Friends Indeed; Social support from pets can lower stresss,
research shows. Monitor On Psychology (A Publication of The American Psychological Association): December 2002: Volume 33 No.11; page 26)
Oleh : RR. Ardiningtiyas Pitaloka, M.Psi.
**Penulis adalah mahasiswa program Pascasarjana Psikologi Kekhususan Sosial Sains Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Recent Posts

comments powered by Disqus