Gatot Kaca.......

“Aaahhh….Akhirnya nongol juga gw..!!”kata gatot berteriak girang. Maklum selama ini dia lama kesimpen dalam   hard disk and gak segera di posting ke dalam dunia maya internet. “kutu kupret sialan tuh penulis…!! Mosting gw ke blog aja lama banget..!!”, cacinya dalam hati yang dia tujukan ke seseorang penulis. Tangannya mbacok-mbacok gedebok pisang tempat dia terjatuh tadi. “Ni barang apaan seh?? Kaya po’on pisang!!”. Maklum dia baru terdampar di bumi. Sebelumnya dia berada di negeri kahyangan. Jauh sebelum ia ndongkrok dalam sebuah hard disk 160 GB.
Kahyangan adalah tempat dimana bercengkeramanya para putri dan peri. Pusat para dewa bermusyawaroh ngatur lalu lintas kehidupan. Tempat dimana makhluk-makhluk berbusana panjang putih terbang wira-wiri dengan bebas, dan ada juga yang tanpa busana. Disana pula-lah wilayah penuh suka cita tiada henti.
Negeri Kahyangan juga merupakan tempat yang menyediakan segala kebutuhan dengan mudah. Disana, tepung terigu Cuma Rp. 2500,-/ Kg, bawang merah dan cabe keriting Rp. 1500,-/ Kg. Telur Ayam Kampung Rp. 15.000,-/Kg, Minyak Goreng Kemasan Botol Rp. 12.700/ Btl ( sudah diskon lho ). Sistem pembayaran disana pun udah online, bisa pake berbagai macam kartu kredit, transfer antar beng ( dibumi sering dikenal dengan sebutan Bank ).
Di tempat itu gak ada kuli panggul, tiada bakul – bakul, bebas usul, bebas siul dan gak ada penyakit bisul. Dan satu lagi prestasi membanggakan bagi kahyangan adalah pernah menjadi lokasi pengambilan video klip-nya lagu ADA Band yang berjudul “Langit Tujuh Bidadari” (pas kan..?? di pas-paske oxk..). Dan terakhir, tentu saja Kahyangan adalah Kampung halaman si Gatot yang saat ini sedang dilemparkan ->( “dilemparkan” lho..gue gak nulis “diturunkan”, karena emang si gatot dilempar dari kahyangan oleh dewa – dewa ) ke bumi karena nyumpek-nyumpeki kahyangan.
“Anjrit…asem ik…buset..!! dewa-dewa sialan..!!”, kembali gatot memaki setelah dia melihat sekelilingnya ternyata penuh dengan pohon pisang. Dia jatuh di kebon pisang. Lalu kepalanya mendongak ke atas menuju langit. Raut muka nya terlihat jengkel. Tajam matanya seolah sedang menatap bayangan seseorang. Tapi kali ini bukan dewa-dewa yang jadi sasaran kemarahannya. Lalu tangan kanannya terangkat mengacungkan satu jari tengah mantap. “FUCK…!!!, nulis cerito rak becus..!! mosok ceritone aku ditibhake neng panggon koyo ngene..??! nggilani..wek. Dhelokno koe yen ketemu!! Bachok-bachok!!”.
Posisi duduknya masih gak beraturan. Punggungnya membungkuk. Kedua tangannya memegangi pergelangan kaki-kakinya yang terbuka mengangkang. Nafasnya masih ngos-ngosan. Sesaat kemudian kepalanya memutar melihat kebagian bahu sebelah kanannya. Mengamati sayap pendeknya yang patah. Ia teringat masa kecilnya dulu, saat di kahyangan. “Mak..sayapnya gatot kok gak panjang – panjang”, Tanya dia pada emaknya. “Ya iyyalaaahh..emang pesawat, sayapnya panjang…cuihh!!”, jawab emak sambil menyelesaikan hobinya mengunyah kinang.
Kasihan Gatot. Dari tadi masih ingak-inguk di kebun pisang. Dia belum tau apa yang musti dilakukannya disitu. Kurang gawean juga si-para Dewa. Cuman gara-gara nyumpek-nyumpeki kahyangan, si-Gatot dilemparkan kebumi (udah gitu pimpinan dewa sempet ngancem pula :”KALO MAU BALIK KE KAHYANGAN, CEPET BUAT LAPORAN SELAMA LU BERADA DI BUMI…DAN TUNJUKIN KERTAS INI..!!”). Lebih kurang gawean lagi yang buat cerita, nulis semrawut kaya gado-gado campur. Nah lebih parah plus o’on lagi yang baca, sempet and mau-maunya baca tulisan beginian…( hahaha..)
Kembali ke Gatot.
Sekarang dia udah berhasil berdiri tegap. Sayap rombengnya juga sudah ia lepas dan ia tenteng dengan satu tangan. Tanpa ragu, dia melangkah maju. Melewati beberapa pohon pisang yang tumbuh menyilang menghalangi tubuhnya yang kekar. “ baytheway..gw kudu menikmati en melihat dunia..itung-itung jalan – jalan plus nambah pengalaman…”, ucapnya menghibur diri. Kemudian langkahnya makin cepat, dalam sekejap……hilang..!! cling..
Beberapa ekor semut pohon berjalan mondar-mandir di pelepah pisang tempat jatuhnya si-Gatot. Seolah ada kegembiraan karena melihat gudang gula. (ingetkan pepatah jaman SD “ada gula ada semut?”). tapi ini gak ada hubungannya ma pepatah itu. Karena emang tu semut gak lagi berada di gudang gula. Semut – semut itu juga masih punya hobi bersalaman. Udah kaya para pejabat aja gayanya. Ketemu salaman, ketemu salaman, ketemu lagi salaman lagi..hayah nyebelin banget gak seh kaya lebaran aja.
Salah satu ekor semut, sebut aja bosnya sedang berpikir. Benda apakah gerangan yang berada di hadapan mereka. Berwarna putih bersampul merah. Tersusun beberapa lembar dan terangkai oleh kawat – kawat putih melingkar. Benda itu bergerak-gerak tertiup angin. Diantara anak buahnya menyarankan untuk membawa benda itu ke markas mereka. Tapi si-bos belum mau memutuskan. Ia masih terus mengawati benda tersebut. Menghitung baik buruknya jika menerima usulan anak buahnya untuk membawa benda itu. Otaknya terus berputar mpe nggliyeng.
Namun tiba – tiba angin bertiup sangat kencang. Dan lebih dahsyat dari sebelumnya. Mengusik kulit makhluk-makhluk mungil yang sedari tadi mondar-mandir ditempat itu. Kemudian mereka berlarian gak beraturan. Saling bertabrakan satu sama lainnya. Usaha masing-masing dilakukan. Dorongan ego pribadi bermunculan. Gak ada saling Bantu en tolong-menolong. Masing – masing berusaha menyelamatkan diri. Semua kocar – kacir berhamburan. Persis suasana di film Armagedon-nya Bruce Willice.
Benda seukuran raksasa itu bergoncang kencang. Terbanting dua kali tak berarah. Menimpa sekumpulan semut-semut yang sedang berlarian. Lalu benda itu terdiam. Beberapa semut berada dibawahnya. Beberapa yang lainnya berhasil menyelamatkan diri. Mendadak angin berhenti bertiup. Suasana kembali tenang. ( buset…didramatisir banget seh ceritanya…!! ).
“Asytagfirullah…innalillahi…”, teriak beberapa semut sambil menolong temannya yang tergencet benda asing itu. Kerja sama nampak tercipta. Saling Bantu sesama dilakukan. Kesibukan mulai nampak. Fokus menyelamatkan sodara menjadi hal utama bagi mereka detik itu. Sudah tidak terpikir hal lain. Dan sudah tidak menghiraukan gagasan untuk membawa benda tersebut ke markas semut. Perintah si-bos jelas : “SAVE OUR FAMILY, LADIES AND CHILDREN FIRST…!!”. Maka bahu membahulah persaudaraan semut itu untuk menyelamatkan yang lainnya.
Nampak dari depan, benda asing itu seperti sebuah lembaran kertas. Dilihat dari arah belakang, benda itu lebih mirip dengan kertas berlembar – lembar. Ditilik dari samping kanan dan kiri, orang – orang waras juga akan mengatakan kalo itu beberapa kertas ( hayah…!!). Intinya, diliat dari mana aja lha emang itu kertas. Nah…kalo diliat dari arah langit, benda itu nampak seperti bukan kertas, tapi kertas yang ada tulisane ( podho wae tetep kertas tho jon..!! ).
Sebuah naskah dewa mulai nampak terbaca di lembaran itu. Coretan – coretan data menghiasi konsep yang tertulis disitu. Seperti sebuah portofolio modern. Tepatnya seperti otobiografi seseorang. Lebih lengkap dibanding dengan informasi curriculum vitae atau SKCK yang dibuat kepolisian.
Lembaran itu tetap terdiam, walau dibawahnya semut-semut berlarian. Lembaran itu gak akan rusak, karena berstempel pimpinan dewa. Lembaran itu gak akan berpindah, walau angin bertiup lebih kencang. Lembaran itu akan tetap putih, walau berisi berbagai coretan. Lembaran itu akan menjadi awal cerita ini. Dan lembaran itu tetap akan berada disitu, hingga si-empunya merasa kehilangan, dan kemudian kembali untuk mengambilnya…….untuk mengakhiri cerita pengembaraannya.
Dan lembaran itu adalah……………………………..
bukubiodatahttp://radityariefananda.wordpress.com/2009/03/

Recent Posts

comments powered by Disqus