Pahami Penggunaan Earphone & Headphone Yang Benar, Hindari Tuli


Pemakaian 'earphone' & 'headphone' atau alat pendengar secara tidak tepat dan berlebihan bisa menyebabkan ketulian. Masalah ini banyak diderita oleh para remaja. Dan, berdasarkan penemuan Komnas Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian, hal ini telah dialami oleh beberapa remaja yang menggunakan 'earphone' pada alat pemutar musik dalam pesawat dari Bangkok ke Jakarta dan dari Amerika ke Jakarta.

“Saat sampai di Bandara Cengkareng, telinga mereka menjadi tuli dengan derajat ketulian 110 decibel (db). Sedangkan normal pendengaran kita 0-25 db,” kata Ketua Komnas Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian, Damayanti Soetjipto pada pencanangan Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran di SDN 05 Rawasari, Jakarta Pusat, Rabu 3 Maret 2010.

Menurutnya, jika telah terjadi gangguan seperti ini akan sulit untuk diobati dan disembuhkan. Bahkan hal terburuk yang akan terjadi adalah mengalami tuli permanen. Pengobatan yang dilakukan pun hanya bisa mengembalikan derajat ketulian menjadi 55 db dan ini termasuk dalam kategori ketulian derajat sedang-berat yang tidak akan mungkin kembali normal. Dan perlu diketahui, gejala awal gangguan ini hanya di nada tinggi sehingga sering tidak dirasakan karena umumnya kita bercakap-cakap dalam nada rendah. Setelah semua frekwensi terkena, baru terasa bahwa pendengaran terganggu dan sudah terlambat untuk diobati.

Untuk itu, agar terhindar dari ketulian, gunakan alat pemutar musik dengan baik dan benar. Bagimana caranya, berikut tipsnya :

- Volume tidak boleh lebih dari 80 db atau tombol volume dipasang pada 50-60 % total volume.

- Jangan terlalu lama mendengarkan musik melalui earphone, apalagi terus menerus. Beri istirahat telinga setiap ½ -1 jam. Sebab jika organ dalam koklea merasa capek, pendengaran bisa mengalami rusak permanen.

- Gunakan alat pemutar musik yang memiliki volume control

- Jangan gunakan alat pemutar musik dalam pesawat terbang atau pada lingkungan ramai, sebab di situasi itu Anda cenderung menaikkan volume yang akan merusak pendengaran.

Jangan abaikan gangguan yang terjadi pada indera pendengaran Anda. Karena, jika Anda mengalami ketulian akan sulit untuk disembuhkan. Untuk itu, perlu Anda tahu kesehatan telinga dan pendengaran merupakan hal penting. Sayangnya, seringkali diabaikan dan kurang disadari oleh masyarakat.

“Jika tidak segera ditangani, pada 2015 akan ada lebih dari 700 juta penduduk dunia yang mengalami gangguan pendengaran. Menurut WHO, setengah jumlah ini berada di Asia Tenggara termasuk Indonesia,” kata Ketua Komnas Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian, Damayanti Soetjipto.

Data WHO menyatakan, pada 2000 ada 250 juta (4,2%) penduduk dunia mengalami gangguan pendengaran dan sekitar 50%-nya (75-140 juta berada di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Penderita gangguan pendengaran di Indonesia cukup dominan, menduduki nomor 4 dengan angka 4,6 % sesudah Sri Lanka (8,8%), Myanmar (8,4%) dan India (6,3%).

Sementara dari Survei Nasional 7 propinsi di Indonesia, pada 1994-1996, angka gangguan pendengaran 16,8% atau 35,28 juta penduduk dan ketulian 0,4 % atau 840.000 penduduk.

“Dan, setiap tahun, di Indonesia diperkirakan 5000 bayi lahir dalam kondisi tuli,” ujar Damayanti melanjutkan.

Gangguan pendengaran dan ketulian memiliki prevalensi dan dampak luas. Pada bayi yang menderita gangguan ini bisa menyebabkan gangguan perkembangan kognitif, psikologi serta sosial yang akhirnya akan mengganggu perkembangan komunikasinya. Sementara itu, pada remaja yang mengalami gangguan ini bisa menyebabkan terganggunya prestasi sekolah, kurang mampu bersosialisasi, dan berperilaku emosional (cepat marah dan stres).

“Balita dan remaja yang mengalami gangguan ini, pada akhirnya bisa menjadi manusia dengan kualitas SDM rendah dan memiliki kesempatan kerja rendah pula, tentunya bukan SDM yang diharapkan pemerintah,” kata Damayanti

Recent Posts

comments powered by Disqus